Selasa, 13 Agustus 2013

Still Into You

Satu tahun ku kenal dengannya. Kami bukan sahabat, terlalu singkat untuk di katakan sahabat. Kami dekat, sangat dekat bahkan rumah kami hanya terpisah satu blok. Karena saking dekatnya, orang tua kami mengira aku dan dia sedang menjalin hubungan. Diam-diam aku berharap bahwa penyataan itu benar. Pernyataan bahwa kami sedang menjalin hubungan tapi itu hanya sebuah khayalan bodohku saja. Khayalan seperti anak kecil yang memimpikan boneka Barbie idamannya. Ya, memang kami tak ada hubungan apa pun selain sebatas pertemanan. Jika aku mengatakan yang sebenarnya, aku sudah tau apa yang akan terjadi setelahnya. Dia akan menjauh dan tak akan memaafkanku karena itu. Tapi bukankah cinta itu datang dengan sendirinya tanpa diminta? Apakah ada orang melarang untuk tidak jatuh cinta? Sebenarnya aku tak cukup yakin jika ia takkan memaafkanku karena aku suka padanya. Itu bodoh.

Akhir-akhir ini aku sering gugup saat bersama dengannya, Carol. Entah rasa ini tumbuh begitu cepat dari yang bisa kubayangkan. Carol memiliki banyak alasan untuk bisa dicintai oleh orang lain. Dia baik, pintar, cantik, dan berbakat. Dia mendekati sempurna. Dan aku beruntung bisa sedekat ini dengannya. 

"Hey, mau makan es krim?" tanyaku pada Carol yang tengah duduk di atas atap rumahnya. Kami sedang menikmati matahari tenggelam. Carol sangat suka dengan matahari tenggelam.

Ia mendongak ke arahku yang sedang berdiri beberapa meter di belakangnya,
"Ya boleh." Carol kembali menatap matahari di kejauhan.

"Baiklah, kita akan makan di kedai es krim setelah makan malam usai, bagaimana?" Akhirnya aku duduk di samping Carol.

"Ide yang bagus, David. Look, matahari hanya meninggalkan cahaya temaram. Cepat sekali tenggelamnya"

"Memang selalu begitu, Carol."

"Tidak, kali ini lebih cepat. Aku sudah melihat ribuan kali matahari tenggelam, dan kali ini tenggelam lebih cepat. Kau tidak lihat?" ujarnya.

Aku mengangkat alis dan bahu, "Sudahlah. Besok kita akan melihatnya lagi, oke? Don't be like a child, Carol"

"Okay, maaf. Ayo saatnya makan malam, aku tak sabar untuk makan es krim. Tak seperti biasanya kau mengajakku makan es krim?" kata Carol seraya bangkit dari tempatnya duduk. Aku pun juga bangkit.

"Aku sedang senang hari ini. Jangan kau hancurkan, ya?"

Carol menyikut perutku. Dan aku terkekeh. Kemudian kami turun melalui tangga yang terhubung dengan loteng.

***
Aku mengenakan sweatshirt abu-abu dengan tulisan HOOP DRMS 14 di bagian dada. Saat keluar rumah, udara lumayan menggigit kulitku. Tak menyesal aku memakai sweatshirt. 
Sesampainya dirumah Carol, aku mengetuk pintu utama rumahnya. Setelah 3 ketukan, perempuan paruh baya berdiri di hadapanku. Senyumnya mengembang saat melihat diriku

"Hi David, mencari Carol?" lesung pipinya terlihat saat ia berbicara. Wajahnya masih cantik dan muda padahal ia sudah mempunyai 3 anak yang sudah besar. Ia ibu Carol.

"Iya Ny. Kate"

"Okay, akan kupanggilkan. Ayo duduk."

Ny. Kate mempersilahkan ku duduk di sofa ruang tamu keluarga Bradley, Ayah Carol. Banyak foto yang terpajang di dinding sekitar ruang tamu. Kebanyakan foto adalah saat mereka sedang jalan-jalan ke luar negeri.

Sesaat kemudian, Carol muncul dengan sweatshirt berwarna merah bata bergambar Unicorn dan skinny jeans biru panjang. Rambutnya yang pirang kecoklatan tergerai alami. Dia tetap sama, tetap sama cantik seperti biasanya.

"Kau siap?" tanyaku.

Carol tersenyum, "C'mon!" Carol meraih tanganku yang bebas dan kemudian menggandengnya.

Sesampainya di jalan setapak, kami berdiam cukup lama dengan jemari masih bertautan. Heningnya malam membuat keadaan menjadi semakin canggung. Kami saling mencuri pandang saat salah satu dari kami melihat ke arah yang lain. 
Dan akhirnya, Carol memancingku untuk memecah keheningan. 

"Kenapa kau melihatku seperti itu?" tanyaku.

"Kau terlihat lelah. Kau sakit, David?" tangannya yang bebas terbang menuju dahiku. Merasakan apakah aku demam atau tidak.
Saat telapaknya menyentuhku, ada sengatan seperti listrik mengalir di darahku. Aku menjadi patung sedingin es. Aku tidak boleh gugup, tak boleh gugup di hadapannya. Sadar David, dia hanya temanmu. Takkan pernah menjadi milikmu seutuhnya, walaupun banyak orang berkata bahwa teman bisa menjadi cinta. Buang jauh-jauh pikiran itu dan camkan bahwa Carol adalah temanmu. Ohh damn, pikiranku berterbangan.

"Uh tidak. Aku baik-baik saja". Yaa akhir-akhir ini memang badanku sedang tidak enak. Di tambah kegiatanku di kampus amatlah banyak. Dengan demikian, jadwal makanku menjadi tidak teratur dan kurang beristirahat. Tapi aku tidak ingin mengecewakan Carol, dia ingin sekali makan ice cream.

Carol melepaskan tangannya dari dahiku dan melihatku awas. Aku tahu ini akan segera ketahuan, dia bukan orang yang mudah di bohongi. Sepertinya aku tak berbakat menjadi pemeran sinetron yang pandai menyembunyikan muka berbohong.

"Sungguh?" tanyanya menginteropeksi.

"Iya, sungguh. Aku sehat jika terus dekat denganmu." Perkataanku seketika membuat pipi Carol memerah. Dia mencoba menyembunyikannya, tapi aku sudah menemukannya terlebih dahulu di bawah lampu jalan yang temaram. Sudut bibir Carol sedikit terangkat dan kedua alisnya menurun. Itu tandanya, alibiku berhasil. Yeah, aku tarik ucapanku tadi, aku memang berbakat akting berbohong meskipun di hadapan orang yang sangat mengenalku dan ternyata Carol mudah untuk di bohongi ekekek. Hatiku tertawa.

"Okay, aku percaya. Apakah jadi makan es krim?"

Aku menggandeng tangannya dan melangkah.

***
"Ini es krim yang enak sekaliiii!! Kenapa kau tak pernah bilang disini ada kedai es krim?" tanya Carol seraya menjilat London Dairy Mango Yoghurt Ice Cream Smoot-nya. Kalau tidak salah itu es krim terkenal yang di import dari negara luar. Wah, kedai kecil tapi sudah berani menawarkan es krim import.

"Kedai ini baru buka sekitar 2 minggu lalu. Kau tak pernah lewat jalan sini 'kan?"

"Sayangnya tidak. Bagaimana kau tau kedai ini?"

"Kau bodoh ya, ini kan milik pamanku."

Terkadang Carol bisa menjadi manusia yang menjengkelkan. Aku sudah memberitahunya bahwa ini adalah kedai punya pamanku yang baru buka 2 minggu lalu, seperti yang aku bilang. Dan dia sangat gembira mendengar hal itu. Ku kira dia takkan lupa pemberitahuan 4 hari yang lalu. Dia hanya terkekeh saat aku menjelaskan tentang kedai ini (lagi).

"Kau makan ice cream apa?" tanya Carol sambil menyuapkan sepotong waffle yang sebelumnya ia beri sedikit es krim di atasnya.

"London Diary Hazelnut Ice Cream Stick."

"Kau harus bilang pada pamanmu jika kedua nama es krim yang sangat lezat ini terlalu panjang."

"Akan ku sampaikan."

"Oh ya, ngomong-ngomong kau senang karena apa? Kau bilang hari ini kau sedang bahagia, iya 'kan?"

Ternyata dia masih ingat perkataanku di atap tadi sore. Padahal Carol bukan orang yang senang mengurusi urusan orang lain, sekalipun itu temannya sendiri. Sungguh. Hanya terkadang sih ekekekek.
Huh rupanya dia tidak ingat lagi ya? Pagi ini dia sudah menemaniku seharian. Jogging bersama, makan siang bersama, mengajaknya ke taman bermain terkenal dan terseru di kotaku, melihat sunset dan terakhir untuk hari ini, ya makan es krim bersama, hanya berdua. Apakah dia tidak bahagia seperti aku seharian ini? Tapi aku tidak melihat ada kekecewaan di wajahnya. Yeah, aku tau semua wanita pandai sekali menyembunyikan perasaannya. Tapi apakah benar dia tidak senang bermain denganku? Uh, lagi-lagi pikiranku mengacau.

Ku beranikan untuk menggenggam tangannya yang bebas,
"Yeah, kau tahu, aku sangat senang bisa melewati hari ini denganmu, sepanjang hari. Apakah kau sama sepertiku?"

Carol menggigit bibir bawahnya, "Kau tahu, aku juga. Entah mengapa aku sangat senang hari ini. Mungkin ini akan menjadi hari terbaik dari hari-hari sebelumnya." Carol tersenyum. Senyumnya nyata. Sudah lama aku memimpikan senyum itu. Dan kini, senyum itu sudah di depan mata. Pipinya kembali memerah, tapi kali ini ia tidak berusaha untuk menyembunyikannya. Ku lepaskan tanganku yang sedari tadi menggenggam tangannya, kemudian pindah di pipi kanannya. Entah kenapa, ia menarikku mendekat. Lebih dekat, lebih dekat. Kiranya kurang 5 sentimeter, ia mengulurkan tangannya menuju ujung mataku. Ha?

"Bulu matamu jatuh. Nih." ia mengulurkan jemarinya yang memegang bulu mata ke telapak tanganku.

Bulu mata? Hanya satu bulu mata? SATU BULU MATA?! Yang benar saja!

Saat aku memandang tak-habis-pikir pada satu bulu mata, ada kecupan kilat mampir di pipi kiriku. Oh. Jangan sampai mulutku menganga lebar karena hal semacam ini. Aku sekuat tenaga menyembunyikan ke-saltinganku dengan hanya tersenyum selebar mungkin.

"Thanks, David. Hari yang sangat menyenangkan. Mau pulang?" tanya Carol santai. Aku tahu, disana ada rasa salting tapi ia tutupi dengan apik dengan sikap cool nya.

"Okay."

Kemudian kami berjalan menuju kasir untuk membayar. Dan betapa beruntungnya aku bahwa es krim yang aku dan Carol pesan adalah es krim promo. Lengkap sudah hari ini. Mungkin ini adalah hari paling indah dalam hidupku, tak pernah aku sesenang ini bersama cewek.

***
TBC

Rabu, 26 Juni 2013

Selamat Tinggal Putih Biru


            Haiiii gue udah lulus lohhh alhamdulillah :D dapet nem yang lumayan juga. Sekarang gue jadi pengangguran banyak acara, kerjaannya main laptop sok sibuk ngeliatin jurnal pendaftaran padahal facebookan sama twitteran wkwk namanya juga abege. Kadang juga ngestalk fesbuk mantan, fesbuk temen, yaah namanya abege kan. Oke, kali ini gue mau nge publish tentang masa-masa perubahan fisik, psikolog dll. Dari mulai gue kelas 1 SMP sampe 3 SMP. Yang dulunya kalo nulis sms sampe pening ngebaca tulisannya apa, yang dulu kalo foto pasti ada jari telunjuk mendarat di bibir yang di monyongin, jari ngebentuk centang terus di tempelin di dagu, kalo ngedit foto pasti alay. Sekarang kalo ngeliat status gue yang dulu, rasanya pengen ngakak dan bilang, "Njir gue alay menjijikan. Itu beneran gue? Ahahahahahaha" ketawa kayak orang setres ngeliat status gue sendiri. Tahun ganti tahun, udah malu kalo jadi alay, fisik juga udah mulai berubah terutama wajah. Sekarang juga udah kenal pacaran, pdkt, galau dll. Terus juga udah gaul jadi anak sosial network hihi.

Gue mau nge publish foto-foto gue sama temen temen dari kelas 1 SMP sampe 3 SMP, gak banyak kok entar lo kaget ngeliat betapa alay dan kumelnya gue xixi. Check it ouutt! =)


Ini waktu kelas 7, lagi main di tempat futsal :)


Kumel banget kan? Maklum sifat SD nya masih ada  xx


Ini waktu kelas 8. Gue lagi gowes sama Sarah, classmate.

Ini waktu Study Tour kelas 8. Ini lagi di PHI, penginapan.
Ini kelas 9, sama Amel di kelas. Maaf ngga sopan duduk diatas meja:)
Waktu kelas 9 lagi ambil foto buat katalog<3



See the difference of me? Yang dulunya jelek banget, sekarang juga masih jelek sih hehe._. yang dulu gue di behel sekarang udah rapii, yang dulu alay sekarang udah mendingan ngga parah banget hihi. 7F-8C-9B keren, love yaaa! :* gue yang pake kerudung heheh._. See you soon!


10 Lagu Paramore (Favorite Blog Ini)

Pasti ada dong yang tau siapa Paramore itu, yakan? Paramore adalah sebuah band rock asal Amerika yang dibentuk tahun 2004. Membernya ada: Hayley Williams sebagai vokalis, Jeremy Davis sebagai bassist dan Taylor York sebagai gitaris. Nah kali ini gue mau ngasih beberapa lagu Paramore favorit gue. Yang suka rock pasti bakalan suka deh. Check it out yaa






1. Playing God
Bagus bangeett lagunya, dari semua lagu Paramore gue paling suka yang ini.
"..You don't have to believe me. But the way, way I see it. Next time you point a finger.."

2. Brick by Boring Brick
Ini juga bagus, bagus banget malah. Coba deh dengerin lagunya
"..Well go get your shovel. And we'll dig a deep hole.."

3. Still Into You
Lagu ini lumayan baru lah, video clip nya baru-baru ini di releas. Ini ngga kalah TOP
"..I should be over all the butterflies, but I'm into you.."

4. That's What You Get
Ini juga bagus bangeett, keren deh pokoknya
"No sir, well I don't wanna be the blame not anymore.."

5. My Heart
Lagunya galau-galau gimana gitu, tapi terakhir-terakhirnya ada scream dari siapa ya gue lupa. Tapi keren!
"..Stay with me, this is what I need, please?..."

6. Monster
Rawrrr, lagunya baguusss. Video clipnya kereenn, lagunya pasti juga gak kalah kereenn
"..Don't you ever wonder how we survive? Well now you're gone, the world is ours"

7. Born For This
Lagunya ngerock-rock gimana gitu, suka suka sukaaa
"..It takes acquired minds to taste, to taste, to taste this wine.."

8. Use Somebody
Paramore nge cover lagu ini dari King of Leon. Paramore nge cover jadi akustik, bagus bangeettt!
"..You know that I could use somebody, someone like you.."

9. Ignorance 
Lagunya ngerock abis, nadanya cepet sekalee. Tapi tetep keren!
"..You treat me just like another stranger, well, it's nice to meet you, sir.."

10. Decode
Lagu ini juga jadi OST. Twilight loh, baguusss!
"..The truth is hiding in your eyes, and it's hanging on your tongue.."


Nahh, itu tuh 10 lagu Paramore favorit gue. Coba deh download dan dengerin, yang suka rock pasti suka.
Nb: I'm not a Parawhore, I just like their nice songs :) thanks for reading!

Senin, 13 Mei 2013

Oh jadi ini..

Waktu berlalu dengan sangat cepat, sampai-sampai aku tidak menyadari adanya perasaan yang aneh muncul begitu kamu hadir mengisi ruang-ruang kosong di hatiku. Datangnya kamu membuat hari-hari yang kelabu perlahan menyingkir dari duniaku. Mendorongku melangkah untuk menuju dunia yang lebih baik. Dan kehadiranmu telah merubah semua aspek yang ada di diriku. Seingatku, aku tidak pernah memberi pupuk untuk perasaan itu, tapi entah kenapa ia bertumbuh melebihi batas yang kutahu.

Ada perasaan khawatir atau apalah yang aku tak mengerti ketika bayangmu tidak di sampingku. Dadaku sesak menyebutkan namamu untuk kembali berada disini, di sampingku. Aku tidak mengerti dengan diriku yang selalu menurut apa yang kamu bilang. Tapi aku yakin kamu bukanlah orang yang jahat. Orang jahat yang menyuruhku terjun ke dalam sumur yang dalam, lembab dan dingin.

Aku telah mengucap bahwa aku tak akan menjadikanmu sebagai pelarian. Apakah kamu tahu maksud ini? Kalau tidak aku akan memberitahumu. Kalimat itu bemaksud bahwa aku serius. Tidak ada minat atau niat untuk menjadikanmu pelarian. Bahwa aku benar-benar sudah melupakan masa lalu dan siap untuk menghadapi masa depan. Kamu. Salahkah aku berbuat begitu? Itu hal yang wajar, bukan?

Tapi seiring waktu berlalu, ada yang aneh pada dirimu. Perhatian itu tak lagi kurasakan. Tatapan itu tak lagi kutangkap sesering dulu. Mulutmu bungkam secara mendadak. Wajahmu pun seperti enggan untuk menatap wajah ini. Sedikit demi sedikit kamu meneteskan tinta hitam di lembaran kertas berwarnaku.

Ucapan manismu membuat aku -si anak tolol- terayu dan percaya dengan itu. Ucapan manismu terdengar seperti janji. Mungkin memang janji. Sampai-sampai janji itu kusebut dengan Ucapan Manis. Dan aku sudah lupa berapa banyak janjimu yang belum kau tepati. Janjimu banyak, anak manis. Dan kamu tidak pernah mencoba untuk menepati janji-janjimu itu! Salahkah aku memikirkanmu pada malam-malam hening dan di sela-sela ada kesempatan? Apakah kamu mengetahuinya? Haha, bodoh. Tidak, pasti tidak, tak pernah. Kau terlalu sibuk dengan duniamu. Dan aku terlalu kecil untuk kamu lihat.

Mungkin pada awalnya kamu menganggapku ada dan spesial, tapi lambat laun kamu menghempaskanku dengan bulus. Membiarkanku bergulat dengan rasa rindu yang tak mungkin bisa terbalaskan. Berjuang untuk tetap menyatukan jarak yang semakin kau buat jauh. Aku tak bisa berbuat apa-apa, hanya bisa terdiam. Karena itu lebih baik.

Ingatkah bahwa kamu yang menarikku ke dalam lingkaran perasaanmu? Membuatku merasa spesial dan penting. Tapi sekarang kau membuat alasan yang tak bisa aku mengerti. Kita Tidak Bisa. 3 kata yang terus menusuk ulu hatiku. Menemaniku sepanjang mimpi-mimpi indahku yang kemudian menjadi mimpi buruk. Mungkin kamu mencoba untuk memberitahuku, tapi aku segera menutup telingaku. Tidak percaya apa pun yang kamu katakan.

Terlalu sakit untuk melihat bagaimana kamu memanjakan seseorang yang berada di sampingmu saat ini. Memberikannya perhatian lebih dari perhatianmu padaku. Menatap matanya dengan lekat, seperti aku menatapmu dengan lekat tapi tentu kamu tidak. Kamu tidak pernah berpikir akan menjadikan aku dan kamu menjadi kita. Tidak pernah berpikir bahwa kamulah yang telah membuat hatiku remuk.

Sekarang aku telah sadar bahwa kamu hanya menjadikanku pelarian. Kamu masih melihatku sebagai makhluk yang tidak penting, kecil tak terlihat. Dia lebih penting, aku tau. Kau telah membuat kertas berwarnaku menjadi hitam pekat. Menjauhlah. Itu lebih baik. Lukaku bisa terobati dengan itu.

Dan akhirnya kamu sendiri yang menyeretku keluar dari lingkaran perasaanmu. Kamu jahat. Iya, kamu telah memasukanku ke dalam sumur yang dalam, lembab dan dingin itu. Dan aku mencoba memanggil siapa pun. Tapi kau menutup telinga mereka.