Kamis, 12 Juli 2012

Some Quotes :)

Hey hoo! Denti's here :) . Malem ini, gue mau ngepost beberapa quotes atau kata-kata gitu deh. Em ada beberapa quotes yang memberi semangat nih *colekparagalauers :p dan ada juga beberapa yang memuji, tapii paling banyak inspiration quotes :) Mau liat? Okey, cekidot =>




































By John Lennon :)


Nah, banyak kan? Jangan pada galau lagi yak :D galau sih boleh, tapi jangan terlalu larut dalam kesedihan, gak baik, apalagi sampe mau bunuh diri. Tuhan gak suka sama hambanya yang putus asa :) Lihat deh, hidup itu indah, walaupun gue baru setengah-setengah ngerasain itu. Hidup itu pasti ada kok cobaannya, tapi setelah itu pasti ada kebahagiaan :) So don't give up. After a terrible strom, there would be a beautiful rainbow :) . Okay, see you soon!

Sabtu, 07 Juli 2012

Cerita Horor._.

Gue mau cerita tentang horor nih pemirsah, tapi jangan takut yak. sebenernya gue takut meu ceritain ke kalian, tapi gue gak bisa mendem ke kalian, Tunggu bentar. "KALIAN" SIAPA? Gak ada yang liat blog gue kok. Oke fine, gpp. lanjuuuuttt! tapi beneran deh gue takut nyeritain nyah. Tapi tapi gue pengen nyeritain, tapi gue takut kalo pemirsah garing kece krenyes-krenyes (?) aduh gimana dong pemirsah bantu akuuhhh. PLAK! njir gue di tampar. Siapa yg nampar? Gue! Cepetan ceerita, banyak bacot aja neh, Buruaannn! *ngomongsendiri jwab sendiri* *lupakan*-____- iya iya .__.v

Dengerin baik-baik ya pemirsah, ini gue sama adek gue yang cerita *heniingg...

Gue sama adek gue lagi di depan rumah, ceritanya itu pas malem jumat. depan rumah gue sepi banget, gak ada yang lewat sama sekali. gue baru sadar setelah gue ngeliat jam, ternyata udah jam 10 malem-_-

"Mba mba mba.. tadi disana ada yang mencurigakan" kata adek gue sok mistis. Hebat banget adek gue ngerti bahasa 'mencurigakan'. Prok prok

"Ha? mana mana?" jawab gue sambil nyipitin mata.

hanya rerumputan yang terpandang di depan gue... krik krik.

"Itu ituuu..." kata adek gue sambil nunjuk-nunjuk.

"AAAAAA~" adek gue histeris di tengah malam yang sunyi, senyap dan gelap, cahaya bulan tak bisa menembus kegelapan malam hari ini. Adek gue lari-lari di tempat sambil teriak-teriak gak jelas. Gue diem ngeliatin adek gue lari-larian. Ada apa iniiiii?? Kenapa adek gue? Adek gue kenapa?

Kemudian ada selembar kertas jatoh dari atap rumah gue, eh ternyata ada yang nabur kertas di atas. Gue pungut satu kertas yang berisi tulisan

"Dulu ada seorang cewek meninggal akibat tenggelam di rerumputan depan rumah... Ia di bakaar oleh temannya sendiri, akibat temannya itu cemburu padanya.. apa yang terjadi? tempat itu menjadi angkeerrrr... hhhuuuu.." begitulah isinya. Gue tatap halaman depan gue, gue mikir... "tenggelam di rerumputan?"

Gue lgsg telpon temen gue, yang namanya di sensorkan.

"heh tau gak sih di depan rumah gue, dulu ada yang mati"

"Oh yaaa? :O mana mana?" tiiiittt tiiiittt pulsa anda tidak mencukupi untuk melakukan panggilan, segera isi ulang anda kembali dan nikmati layanan spa kami. dengan harga murah dan terjangkau. *operator salah sambung*

TAMAT

Jumat, 06 Juli 2012

"Lost Those Eyes" Part 2 | Fiction


(Niall P.O.V)

“I’m back my town!” cengirku setelah keluar dari mobil. Aku berhenti pada sebuah cafe di tengah kota. Aku lapar, jadi aku akan membeli beberapa sandwich atau pancake dan satu buah coffee di Starbucks. Setelah itu, aku langsung pulang ke rumah. Wohoooo!
Selama perjalanan aku tak berhenti mengucapkan alhamdulillah *eh maksudnya puji Tuhan, karena aku bisa bertemu kembali dengan keluarga besarku dan kelurganya Gyna nanti.

@MyHomeTercintaaahh :p

“Mommyyyy!” sorakku dari luar pagar.
Beberapa detik kemudian, keluargaku keluar. Dan mereka sangat antusias saat melihat kedatanganku.
“Niall! Ohmy. Kenapa kau tidak mengabari kami?” tanya Ibu sangat senang.
“Haha, surprice ibu” dan ku kecup pipi lembut ibu, kemudian ayah dan adik adik.
“Oke surprice, tapi gak ada makanan banyak loh” kata Ayah mengejek.
“Haha, tidak apa ayah. Aku bisa menunggu”
“Baiklah. Ibu masak dulu ya. Ayo masuk”
Akhirnya aku dan keluargaku masuk ke dalam rumah. Di dalam tidak ada yang berbeda sama sekali, bau khas rumah ku juga tidak berubah :D . kamarku ada di lantai atas.
Taraa.. This is my room! Oohh I miss my own bed! I miss my pillow. Aku rindu dengan spreiku. Aku rindu semua tentang kamarku! Ku lihat di dinding, ada beberapa fotoku dengan Gyna dan The Boys. Maaf Gyna, aku tak bisa datang hari ini. Mungkin pagi-pagi besok aku akan datang. Tenang saja Gyna, aku pasti datang =) datang dengan semangat baru di hidupmu. Setelah itu, aku mandi dan merapikan semua barang bawaanku tadi, daaann acara makan-makanlah yang aku tunggu. Ternyata makan beberapa sandwich dan pancake tidak cukup untuk membuat perutku kenyang haha.

Ibu memasak makanan kesukaanku, nandos! Nandos ooohh nandos! Selain nandos em aku tak tau apa namanya, yang penting makan saja hingga perut mulai terasa kenyang. Kata ustad Jain (baca: Zayn) kita tidak boleh makan hingga kenyang, berhentilah makan sebelum kenyang. Begitulah katanya :) *nahloh
Hari ini sangat menyenangkan! Bermain dengan saudara-saudaraku dan menunjukan beberapa koleksi game di PSPku. Kami bermain dengan senang hati dan pada akhirnya waktu sudah menandakan siang hari sudah berakhir sekarang berganti dengan gemerlap bintang di langit. Hah aku sudah lelah, setelah aku selesai makan malam bersama aku langsung tertidur pulas di ranjangku.

Keesokan harinya.

“Morning mom, dad” sapaku ramah. Lalu aku mencomot (?) dua helai roti dari piring. Dan memberi selai coklat di salah satu roti dan ku tumpuk dengan roti lainnya. Ku santap deh.
“Morning Niall” jawab Ibu dan ayah bebarengan.
“Ehm.. aku pergi dulu ya bu, yah. Aku ingin pergi ke rumah Gyna. Sudah lamaaaa sekali aku tak bertemu dengannya” pamitku dengan perasaan senang.
Ayah dan Ibu saling berpandangan
“Kenapa yah, bu?” tanyaku lirih.
“Em.. tidak apa. yasudah kau pergi saja” timpal Ibu seraya tersenyum kecut.
“Baiklah” kemudian aku melangkah pergi meninggalkan kedua orang tuaku.

*****

Hanya berjalan kaki sudah sampai di depan rumah Gyna. Tapii.. Kenapa rumah Gyna sepi? Pagarnya juga di gembok. Apa jangan-jangan Gyna sudah pindah? Tapi kenapa tidak ada tulisan rumah ini di jual? Apa sudah ada yang membelinya? Ribuan pertanyaan menerjang otakku. Aku hanya diam memandang rumahnya yang bisa di bilang lumayan besar ini. Aku tak bisa menjawab semua pertanyaan yang ada di otakku, karena aku tak tau bagaimana menjawabnya.

“Gynaaa? Apakah kau ada di dalam?” sorakku memanggil. Tapi tak ada yang keluar.
“Gynaaaaa! Tolong buka pagarnya dong. Please I wanna meet you, Gyna” sorakku lagi. Tapi tetap saja, tidak ada yang menjawab. Beberapa detik kemudian, seorang satpam menghampiriku. Mungkin satpam itu datang karena aku telah membuat kebisingan.
“May I help you?” tanya satpam itu.
“Yes. Aku ingin bertemu yang punya rumah ini”
“Oohh, yang punya rumah ini pergi ke rumah sakit, karena anaknya sakit parah” kata satpam

HA? Anaknya sakit parah? GYNA?! DEG gue langsung deg-degan. Kepalaku sakit seperti di terjang beribu-ribu pisau.

“HA? Gyna maksud bapak? Ke rumah sakit mana pak?”
Satpam itu mengangguk “Ke rumah sakit (random)”
“Thanks” lalu aku berlari sekuat tenaga menuju rumah ku, mengambil mobil dan cuuusss menuju rumah sakit yang satpam itu bilang.
Selama perjalanan, ribuan pertanyaan menyerangku kembali. Ada apa dengan Gyna? (kayak pilem deh perasaan haha). Gyna kenapa? Sakit parah? Apa benar satpam itu bilang? Gyna sakit parah? Bagaimana bisa? Lalu kenapa ia menyembunyikan penyakitnya? Oh Gyna.. kau membuatku kecewa.

Sampailah di rumah sakit. Aku langsung menuju reseptionis. Menanyakan pasien dengan nama Georgyna Navarro. Dan pasien itu ada di ruang bugenvile.
Sampai disana benar. Gyna ada di ruangan itu. Aku membuka handle pintu dengan perlahan. Mama dan papa Gyna pun tersadar ada seseorang masuk

“Niall?” pekik mama Gyna. Matanya sembab dan bengkak, hidungnya pun memerah. Memang benar, mama Gyna habis menangis. Kenapa bisa mama Gyna sampai menangis? Apa Gyna benar-benar sakit parah sehingga mama dan papanya menangis? Seberapa parahlah penyakit Gyna? Ya Tuhan.
“Ada apa dengan Gyna, mom?” yah. Aku memanggilnya mom karena memang aku sudah sangat dekat dengan Gyna. Mungkin aku sudah menjadi bagian dari keluarga Gyna, begitupun sebaliknya.
Mama Gyna kembali menangis, kemudian ia menceritakan penyakit Gyna. Aku sempat tak percaya Gyna mengalami itu semua. Aku benar-benar tak percaya. Maafkan aku Gyna, yang tak tau tentang keadaanmu. Seharusnya aku mencari tau tentang ini semua ketika ada sesuatu yang aneh ku rasakan. Tak terasa air bening ini jatoh membasahi pipi ini.
Gyna mengerang. Kami pun langsung mendekat dengannya.
“Gyna, apa kau bisa dengar aku? Aku Niall, Gyna. Kekasihmu.” Kataku lirih.
Gyna sedikit lebih tenang. Gyna belum sadar setelah 2 hari koma. Mungkin kali ini ia akan sadar karena awal permulaan ia sudah mengeluarkan suara walopun hanya mengerang. Gyna perlahan-lahan membuka matanya yang berbinar.
“Niall? Kau kah itu?” tanyanya sangat lirih, hampir aku tak bisa mendengarnya.
“Ya, ini aku Niall.” Jawabku seraya tersenyum manis. Ku usap pelan rambut panjang coklatnya itu. Aku hanya diam saja memandangnya, tak berani menanyakan atau menyalahkan apapun tentang penyakitnya ini. Sebenarnya, aku ingin menyalahkan Gyna kenapa ia tak memberi tau tentang keadaan sebenarnya, tapi setelah melihat kondisinya sekarang, aku sungguh tak tega. Air mata kembali bergulir, setelah tadi sempat terhenti akan bangunnya Gyna.

(Author P.O.V)

Sebelumnya.. setelah pulang dari bukit itu, Gyna langsung mimisan dan merasakan sakit yang luar biasa, hingga akhirnya ia jatuh pingsan. Ayah dan Ibunya langsung membawa Gyna ke rumah sakit. Sejak saat itulah Gyna koma. Tapi saat Niall datang, Gyna kembali sadar walaupun Gyna kembali merasakan sakit.
Rasa sakit yang Gyna rasakan saat ini melebihi ia sakit hati dengan Niall yang lama sekali tidak pernah bertemu. Gyna terus mengerang, merasakan sakit dari obat keras yang mengalir di dalam darahnya. Keringat dingin mengucur dari kening dan leher Gyna. Semua yang ada di ruangan itu hanya bisa menangis dan berdoa pada Tuhan, termasuk Niall.
Tiba-tiba Gyna sedikit lebih tenang
“Niall..”
“Iya Gyna?”
“Aku sangat senang bisa bertemu denganmu saat ini..” kata Gyna lirih dan pelan.
Niall tersenyum “Iya Gyna, aku juga sangat senang bisa bertemu denganmu lagi”
“Ehmm maaf kalau selama ini aku berbohong denganmu Niall. Aku tak tau bagaimana caranya untuk memberi tau tentang penyakitku ini. Aku takut jika kau ikut frustasi dan kariermu akan berantakan. Aku tak mau masa depanmu hancur” kata Gyna panjang, yah walaupun sedikit lama. Maklum saja, Gyna merasakan beratnya susah berbicara.
“Kau masa depanku, Gyna” kata Niall serius tapi tetap dengan nada lembut dan khawatir.
Gyna tersenyum “terima kasih telah menjadikanku masa depanmu Niall, tapi tidak bisa. Aku sudah di takdirkan untuk tinggal di atas sana. Terima kasih atas semua yang telah kamu berikan padaku Niall. I love you so much”
Niall hanya diam
“Ibu, Ayah. Aku sayang kalian. Terima kasih telah merawatku dengan sangat baik, terima kasih atas semua jasa-jasa kalian. I love you so much mom dad”. Mata cantik Gyna mulai menutup secara perlahan. Pancaran binar mata Gyna yang bisa memukau semua orang yang melihatnya telah tertutup rapat, dan tidak bisa terbuka kembali. Semua tangisan pecah dan membuat ruangan ini menjadi gaduh akan tangisan mama Gyna.
“I love you more Gyna. More than you know” lirih Niall yang tengah meringkuh Gyna.

(Still Author P.O.V)

Setelah pemakaman Gyna selesai, Niall menuju bukit yang dulu sering sekali mereka kunjungi.
Sudah lama aku tidak kesini, aku rindu sekali. Batin Niall. *kasian bang Niall u,u
Sesampainya Niall di pucuk bukit, ia menemukan kotak besar berwarna langit cerah bercampur biru langit luar angkasa. Kemudian ia membuka. Sebuah sweater lembut berwarna biru, sebuah buku album foto dan sebuah VCD. Ia menaruh semua itu. Ia menatap indahnya matahari terbenam.
“Sungguh, aku tak percaya kau secepat itu pergi, Gyna” kata Niall masih melihat indahnya sunset. Air matanya kembali jatuh membasahi kedua pipinya.
“AAAAAA~ GYNA! KENAPA KAU SECEPAT ITU PERGIII? AKU MASIH MEMBUTUHKANMU GYNA! AKU INGIN MENIKMATI MUSIM-MUSIM LAIN BERSAMA MU. MEMBUAT BOLA-BOLA SALJU BERSAMA MU, MEMETIK BUNGA INDAH SAAT MUSIM SEMI BERSAMA MU. AKU MASIH MERINDUKANMU GYNA, SUNGGUH AKU TAK BERBOHONG. AKU SANGAT MENCINTAIMU. AKU BELUM BISA MENERIMA INI SEMUA. AKU BINGUNG GYNA!! AKU BUTUH SESEORANG DISINIIII!!!! hiks hiks” teriak Niall seraya sesegukan. Ia menangis tersedu-sedu di situ. Menangis seorang diri di pucuk bukit yang sepi, senyap, tak ada seorang pun menemaninya. Hanya bintang dan bulan yang setia menemaninya di atas sana.
**
(Niall P.O.V)

Gue lagi ngumpul di rumah bareng The Boys. Yah, gak terlalu banyak sih yang kita lakuin. Nginget baru lusa kemaren Gyna pergi. Ehm kalo bisa dipikir-pikir, status Gyna masih tetap jadi pacar gue karena gak ada yang bilang putus. It’s okay lah. Gue berniat buat nonton VCD yang di kasih Gyna, bareng The Boys disini.
“Hey guys. Gue penasaran sama isinya nih VCD” kata gue sama mereka seraya memasukan VCD itu ke DVD. *haduuuhh kenapa jadi 'gue-lo' gini yak-..-
Beberapa detik kemudian, ada seorang perempuan tengah duduk di tempat tidurnya sambil menghadap kamera laptop. Ya maksudnya, dia ngadep kita getoh-,- . Itu Gyna. Ia tampak lemah dan lesu, seperti kekurangan darah dan seperti tidak pernah makan. Matanya sembab dan basah. Ia tersenyum manis, matanya yang berbinar agak kabur, karena Gyna habis menangis.
“Hi, siapa pun yang melihat ini. Mungkin aku sudah tidak ada di dunia, ketika kalian atau Niall saja yang melihat rekaman konyol ini. Aku merekam ini untuk memberitau apa yang kurasakan Niall. Karena aku tak sempat untuk itu..” ia berhenti sejenak, menyentrup (?) ingusnya yang hampir keluar. *Hehe._.v . Gyna sedikit menangis saat berkata.
“Kau tau? Aku sangat menderita. Menderita akan penyakitku ini. Aku tak tau penyakitku apa, walopun aku tau, aku berusaha untuk tidak tau dan tidak mengingatnya. Maaf jika selama ini aku berbohong padamu Niall, aku berbohong untuk kebaikanmu, supaya kau tidak ikut memikirkan penyakit suck ku ini..” Gyna berhenti sejenak untuk mengambil napas. Menangis lah yang membuat Gyna sedikit tidak bisa bernapas.
“Aku sendirian Niall. Aku tak tau kemana perginya teman-temanku saat mereka tau aku seperti sekarang.  Aku frustasi Niall. Di tambah dengan pengobatan yang luar biasa menyiksaku. Setiap seminggu sekali aku melakukan kemoterapi. Dan kau tau rasanya? Aku tak bisa memberi tau, saking sakitnya Niall. Tapi kemoterapi itu tak membuah kan hasil, hanya penyesalan saja yang keluar dari masalah ini. Aku menyerah, em bukan-bukan tapi aku hanya menunggu ajalku datang. Akhirnya aku bisa terbebas dari kemoterapi itu, tapi sebagai hasilnya, umurku dengan cepat memendek”
“Ini mungkin sebuah keputus asaan, tapi.. aku sudah mencoba semampuku. Dan akhirnya aku tak bisa. Batasku hanya segitu. Tapi di sisi lain, aku sangat bersyukur atas karunia Tuhan. Tuhan mengirimkan orang tua yang sangat ku sayangi dan cintai dan Niall, kekasihku yang amat ku cintai. Walaupun tanpa teman, aku masih bisa dengan ketiga orang tersebut” kata Gyna panjang. Ia tersenyum kecut, mungkin penyakitnya menyerang kembali.
“Don’t give up and keep believe. Don’t believe easly what people say, don’t hear easly about people say about you. Mukjizat itu ada, ya walaupun aku tidak selamanya mendaptkan mukjizat itu. Sudah ini saja ya, aku merasakan sesuatu yang.... sangat sakit. Sakit sekali. Aargghh! Oh Lord!...” Gyna mimisan! Ia langsung menutup laptopnya.
“Don’t give up and keep believe. Thanks Gyna, kau memberi arti hidup sebenarnya.. Dan semoga kau tenang di atas sana. I love you” batin gue.

The End

Shut the door, turn the light off
I wanna be with you
I wanna feel your love
I wanna lay beside you
I cannot hide this even though I try

Heartbeats harder
Time escapes me
Trembeling hands touch skin
It makes this hard girl
And the tears stream down my face

If we could only have this life for one more day
If we could only turn back time

You know I'll be
Your life your voice your reason to be
My love my heart is breathing for this
Moment in time
I'll find the words to say
Before you leave me today

"Lost Those Eyes" Part 1 | Fiction


Main cast:
Niall Horan (@NiallOfficial)
Georgyna Navarro (@NatasiaOfficial)
(Niall P.O.V)

“C’mon Niall! Kau ingin pulang tidak? Jam penerbanganmu kan hampir tiba. Kau bisa terlambat” kata Harry.

Yah, The Boys sudah selesai dengan tour Up All Night, jadi kami akan pulang ke kampung halaman. Aku senang sekali bisa kembali lagi ke halaman rumah, tapi aku juga sedih karna harus terpisah sementara dengan The Boys. Aku rindu pada keluargaki dan aku rindu pada seseorang yang tlah lama aku tinggalin untuk mengejar mimpi. Foto yang sedang aku pegang, adalah foto dirinya, Georgyna.

“Okay, Harry” kemudian aku keluar dari kamar hotel dan menuju ke mobil.

Georgyna adalah kekasihku. Sekiranya hampir satu setengah tahun aku tidak melihatnya, ya karna aku tidak punya banyak waktu untuk menemuinya. Tapi kami sering berkomunikasi lewat telepon atau sms, itu sudah sangat melegakan mendengar kabarnya dari pada tidak sama sekali. Tapi akhir-akhir ini ada yang aneh darinya, tapi ia tak memberitahu itu. Aku cuma bisa diam, karna tak ada yang bisa aku lakukan selain berdoa agar Georgyna baik-baik saja.  Sungguh aku mencintainya dan sangat merindukannya.

Georgyna adalah sahabat kecilku juga. Jadi sejak kami kecil, kami sudah saling bersama. Melewati bersama indahnya musim panas, memandang bersama daun-daun berguguran pada saat musim gugur, melewati bersama dinginnya musim dingin dan melihat bersama bunga-bunga bermekaran di musim semi. Pada saat itu aku dan Georgyna udah berpacaran. Dan pada akhirnya kami tidak bisa melewati semua itu bersama-sama karena aku mengikuti X-Factor. Dan kemudian, aku jarang bertemu dengannya karena sibuk dengan The Boys. Anehnya Georgyna tak mau memutuskan hubungannya denganku.

Dulu, pada waktu aku berumur  11 tahun dan Georgyna berumur 10 tahun, Georgyna memberi sebuah gitar akustik berwarna cream dan ada sedikit warna coklat padaku. Pertamanya aku bingung kenapa ia memberiku ini. Aku belum tau caranya menggunakan gitar.

Flashback On-

*1 pesan masuk*

Niall, kita bertemu di taman dekat sungai ya. Aku ingin memberimu sesuatu. Pukul 5 sore. Gyna.

“Baiklah” kulirik jam. Hampir jam 5, sebaiknya aku mandi dulu.
**
Jam 5 tepat. Aku bergegas mengambil jaketku dan berlari menuju taman setelah berpamitan dengan ibu. Taman itu ya lumayan jauh, tapi pemandangan disana bisa menaklukan mata ini. Sungguh bagus. Itu tempat favoritku dengan Gyna. Tak seorang pun selain aku dan Gyna pernah ke tempat itu. Kurasa. Em tempat itu bisa dibilang bukit kecil, karena bentuknya memang seperti bukit hijau. Di ujung puncaknya ada pohon oak yang besar dan tinggi. Biasanya aku dan Gyna pergi kesana pada senja hari, dan duduk berdampingan melihat matahari terbenam dengan indahnya.
Tak terasa aku berlari, akhirnya sampai juga. Disana sudah terlihat seorang perempuan tengah duduk di bawah pohon oak. Tidak salah dan tidak bukan pasti itu Gyna. Aku langsung menghampirinya.

“Lama menunggu?” kataku seraya duduk di sampingnya.
“Hi Niall. Ehm tidak juga.”
“Kau mau memberiku apa?” tanyaku to the point.
Ia menyodorkan sesuatu yang lumayan besar yang tersimpan di balik kain parasut hitam.
Aku pun membukanya “Gitar akustik?” pekikku.
“Iya. aku memberimu itu”
“Tapi aku tidak tau bagaimana cara memainkannya”
Kemudian Gyna mengajariku nada-nada dasar dan kunci-kunci dasar. Perlahan tapi pasti aku pun bisa mengikutinya.
“Kau harus banyak belajar Niall” katanya.
“Tentu, pasti aku akan banyak belajar. Dan aku juga punya sesuatu untukmu” kemudian aku mengeluarkan 3 buah gelang dari kantung jaketku. 3 buah gelang itu terbuat dari benang-benang berserat lumayan tebal. Membentuk beberapa pola-pola unik dan mempunyai warna yang berbeda. Bisa dibilang ini gelang untuk perempuan tomboy. Gyna tidak feminim, ia malah condong sedikit ke arah anak laki-laki. Tapi ia tetap lah seorang perempuan.
“Waw, thank you Niall. Kau yang membuatnya?”
“Tentu saja. Aku membuatnya dengan susah payah, dan banyak pengorbanan yang di butuhkan. Mencari bahan untuk membuat ini susah, dan awalnya aku tidak tau bagaimana membuatnya, tapi karna tekadku untuk membuatkan ini untukmu ya jadi deh ini. Memang tidak terlalu bagus sih” kataku panjaang.
Gyna tertawa “Haha.. kau lucu Niall. Terima kasih banyak Niall. Kau tau? Menurutku ini sangat indah. Kurasa yang membuat gelang ini menjadi indah dan spesial adalah pola-polanya. Apakah kau merancangnya sendiri?” tanyanya sambil meraba pola-pola ketiga gelang itu.
“Ya sedikit, tapi ada beberapa pola yang aku temui di internet”
“Okay, well thank you so much Niall”. kemudian ia memakai semua gelang itu.
“You’re welcome. Pakai terus ya”
“Pasti. Look! Matahari akan terbenam” ucapnya sambil menunjuk matahari yang lumayan jauh dari sini, jadi mata kita tidak terlalu silau jika melihatnya.
“Ya, bagaimana kalau kita hitung mundur?”
“All right. Now, one...”
“... two...”
“...three” ucapku dan Gyna bebarengan dengan matahari yang sudah terbenam menyisakan siratan-siratan cahaya golden bercampur dengan warna keunguan. It was beautiful!
“Okay, we were looked that, and now let’s go home” kataku sambil bangkit dari tempatku duduk tadi. Tak lupa gitar akustik ini kubawa. Rumahku dan Gyna tidak terlalu jauh, hanya di batasi oleh 3 rumah saja.

Flashback off-

Aku ketawa kecil mengingat kejadian itu. Dan saat ini gitar akustik itu masih aku gunakan. Terima kasih Gyna. Gak ada yang bisa aku lakuin di pesawat selain mikirin keadaan Georgyna. Demi Tuhan, aku sangat merindukannya. Beberapa hari yang lalu, Gyna tak bisa di hubungi. Nomor papa dan mamanya juga tak bisa di hubungi, aku sangat khawatir. Perasaanku tidak enak. Apakah akan ada sesuatu yang buruk terjadi menimpa Gyna? Aku mohon tidak ada apa pun. Aku kembali memutar otakku, mencari memori-memori yang dulu pernah aku lakukan dengan Gyna. Yah sekedar melupakan pemikiran negatif ku tadi.

Flashback On-

Pada waktu umurku 15 tahun kiranya, sekolah mengadakan acara prom night. Di wajibkan untuk membawa seseorang yang spesial. Ya tentu saja aku mengajak Gyna, dan Gyna mengiyakan ajakkanku. Acara prom night akan berlangsung pada pukul 8 pm. Jam 7 pm aku sudah siap dengan T-shirt putih dilengkapi dengan blazer hitam. Yah , aku memang tidak terlalu senang memaikain pakaian formal. Yang biasa-biasa saja, tapi tetap terlihat kece. Dan aku berangkat pada pukul setengah 8. Aku dan Gyna berangkat sendiri-sendiri, ia berangkat dulu karna ia wakil dari panitia prom night. Oh ya, The Boys juga ikut prom night. Tapi aku tak tau siapa pasangan mereka masing-masing.

@Aula Promnight

Saat masuk, mataku langsung tertuju pada segerombolan anak laki-laki dengan pasangan mereka masing-masing tengah duduk di sofa pojok aula. Sukanya mojok-mojok nih The Boys-_- . aku pun langsung menghampirinya.

“Hey guys!” sapaku ramah.
“hey Niall!” jawab Louis.
“Mana pasanganmu?” tanya Liam.
“Ehm.. mungkin di belakang aula. Ia wakil panitia prom night, jadi aku tidak berangkat bersama dengannya.”

Beberapa menit kemudian, Gyna menghampiriku. Oh damn! Dia sangat cantik. Sungguh aku tidak berbohong.

“Hi guys. Hi Niall” sapanya ramah.
“Hi Gyna” jawab The Boys serempak.
“Eh iya, bentar lagi prom night mulai nih. Jadi siap-siapa ya” kata Gyna. Kami semua hanya tersenyum manis.
Setelah itu suara MC membuka acara terdengar. Acara pertama adalah menonton para dancer menampilkan keahliannya. Nah yang kedua nih, acara paling aku tunggu-tunggu, menari dengan pasangan. Itu lah tujuan utama diadakannya prom night. Musik bergenre slow pun di mainkan.
Beberapa menit berdiam dengan Gyna, akhirnya aku angkat bicara.
“Gyna..” kataku pelan.
“Iya?”
“Kau sangat cantik malam ini, apakah kau tau itu?” kataku memuji.
Ia tersenyum malu “Aku rasa, terima kasih”
“Yah, kau memang sangat cantik. Kau baik, kau perhatian, kau selalu percaya dan jujur padaku. Dan pada akhirnya aku merasakan hal yang mungkin di rasakan oleh teenager-teenager lainnya. Yaitu..”
“Jatuh cinta..” timpal Gyna seraya mentapku lekat-lekat. Matanya yang berbinar membuatku sangat deg-degan.
“Ya, dan aku jatuh cinta padamu. Aku mencintaimu Gyna. Will you be mine?” ucapku perlahan. Apa yang akan terjadi seterusnya jika Gyna menolakku? Apakah semuanya akan berubah seketika? Apakah akan tetap menjadi Niall-Gyna yang selalu bersama dalam melewati apapun?
Wajah Gyna tampak bingung tapi kemudian bibirnya membentuk sebuah senyuman
“Ya Niall, I will” jawabnya dengan pasti. Aku pun memeluknya dengan erat.
“Thank you hunny”.

Flashback off-

Itulah saat aku menyatakan perasaanku pada Gyna. Setelah itu, aku lakukan kembali semuanya dengan bersama-sama. Banyak sekali peristiwa-peristiwa menyenangkan bersamanya. Dialah cinta pertamaku. aku merasa lebih bahagia setelah berpacaran dengan Gyna, hidupku seperti pelangi yang selalu menampakan warna-warna menabjukan dari pantulan cahayanya. Tapi kebahagiaan itu hilang saat aku mulai memutuskan untuk mengikuti X-Factor. Sebenarnya Gyna sangat tidak setuju akan hal itu, tapi akhirnya Gyna menyadari bahwa itu untuk kebaikanku juga. Yah, aku pergi meninggalkan Gyna. Sekali lagi, aku sangat sangat merindukannya. Kalau sudah sampai, aku akan mengajak Gyna bermain di taman mirip bukit itu. Berjalan-jalan di pinggir sungai, merasakan air sungai yang dingin. Dan akan aku nyanyikan semua lagu The Boys dan lagu kenanganku dengan Gyna menggunakan gitar akustik pemberiannya. YA! Aku akan melakukan itu untuk menghilangkan rasa rinduku.

(Georgyna P.O.V)

Apakah The Boys sudah selesai dengan tournya? Benarkah itu? Niall.. apakah kau masih ingat padaku? Aku merindukanmu Niall, sungguh. Kataku dalam hati seraya menangis di pinggir kolam renang belakang rumahku. Hatiku semakin tersayat saat aku melihat foto kenanganku dengan Niall. Aku rindu masa-masa itu. Aku rindu semua hal yang mengenai Niall. Kapan kau datang Niall?

“Gyna?” suara lembut memanggilku dari belakang.
“Iya bu?” jawabku seraya mengusap air mata.
“Kau sudah minum obat? Kenapa kau disini? Disini dingin, Gyna”
“Ehm.. masih perlukah minum obat bu?”
“Iya Gyna. Apa kau tak ingin sembuh?”
“Ibu tak ingat apa kata dokter sebulan lalu?”
Ibu terdiam
“Ibu tak ingat bahwa dokter telah memvonis umurku tak akan lama lagi? Ibu tak ingat huh?!” kataku seraya menangis tersedu-sedu. 

Ya Tuhan maafkanlah aku yang telah membentak Ibu. Air bening ini semakin deras menetes ketika Ibu mendekapku erat dan hangat. Air mata ibu juga menetes membasahi rambut coklat panjangku ini.

“Ibu ingat sayang, tapi setidaknya ada obat penawar itu. Ibu mohon minum obat dulu ya” bujuk Ibu.
Aku menghentikan tangisan ini
“Baiklah” kataku seraya segukan.

Ya Tuhan, jika kau ingin mengambil nyawaku sekarang aku siap. Tapi aku ingin Niall tabah akan hal yang akan ia lihat nanti. Maafkan aku Niall, mungkin aku tak bisa menemanimu pada saat kau pulang dari tour. Tapi semoga itu tidak terjadi, aku ingin menemuimu. Aku sangat merindukanmu Niall, sungguh aku tidak berbohong. Aku telah menderita penyakit yang menyerangku secara cepat. Mungkin kanker atau apa, aku tak mengerti dan aku tak mau mengerti akan hal itu. Aku sangat menderita, aku frustasi. Aku selalu menangis dan menjerit seperti orang bodoh yang kehilangan akal. Aku terus masuk keluar rumah sakit, kemoterapi dan berbagai macam pengobatan lainnya, tapi tak juga membuahkan hasil. Saat aku mendengar keuangan orang tuaku menipis gara-gara kemoterapi yang kujalani, aku berbicara pada mereka untuk menyetop semuanya. 

Aku sudah pasti akan meninggal, tak ada harapan lagi. Sudah cukup penderitaan yang kujalani selama pengobatan menyakitkan itu, itu sangat sangat membuatku frustasi berkepanjangan. Dan akhirnya mereka menyetujui permintaanku itu setelah aku bermohon-mohon pada mereka. Aku selalu bilang baik-baik saja jika ditanya kabar oleh Niall, aku tak mau mengganggu pikiran Niall jika ia tau aku sakit parah. Aku tak mau Niall ikut-ikutan frustasi dengan penyakit freakku ini. Niall tetap harus mengejar mimpinya. Aku tak boleh menjadi dinding penghalang untuk semua mimpi-mimpinya.

Aku berjalan perlahan menuju kamarku yang berada di lantai atas. Dinding kamarku di penuhi dengan foto-fotoku dengan Niall atau pun The Boys, bisa di bilang aku adalah perempuan biasa yang sangat beruntung di dunia karena bisa bersahabat dengan The Boys. Aku berniat untuk mengambil jaket tipis berwarna coklat dari dalam almari. Saat aku memakainya, aku melihat lenganku. Oh, gelang ini. Gelang dari Niall. Kau tahu Niall, aku selalu menjaga gelang ini secara baik-baik. Aku tak mau pemberian berhargamu ini rusak atau hilang. Pernah saat itu, gelang ini hilang di mobil setelah aku dan Ibu berbelanja. Aku sudah mencari ke seluruh pojok-pojok permukaan mobil, tapi tak ketemu juga. Aku menangis saat itu juga, aku tak henti-hentinya menangis, menangis karena 3 buah gelang. Tapi ibu menyelamatkanku. Ia menemukan ketiga gelang itu di kantung plastik belanja. Oh gosshh! Gelang itu ternyata terlepas di dalam kantung plastik saat aku mengambil sesuatu. Saat itu memang gelang itu kendur, jadi gampang terlepas. Mulai saat itu aku berhati-hati untuk menjaga gelang ini.

Aku menuju taman yang seperti bukit itu setelah berpamitan dengan ibu. Walopun masih pagi, atau pagi menjelang siang, tempat itu masih terasa sejuk atau nyaman. Aku merindukan tempat itu.
aku berdiri sebentar di pucuk bukit, melihat sungai yang jernih di bawah. Lalu aku duduk di bawah pohon oak yang rindang. Aku raba batang kayu itu, ada tulisan N & G forever :D  yand di ukir menggunakan pisau. air mataku kembali berlinang, mengalir deras membasahi pipiku. Sebelumnya aku sudah membuatkan ini untuk Niall. Sebuah sweater biru muda hangat yang terbuat dari woll terbaik. Aku membuat ini sendiri. Dan aku juga membuat sebuah buku album lumayan besar yang berisi foto-fotoku dan Niall dengan p.s di belakang album itu. Aku juga memberinya sebuah VCD. VCD itu isinya, aku sedang menceritakan bagaimana penderitaanku selama ini, tapi pada bagian terakhirnya aku memberitahu bahwa ada sisi yang bisa membuat aku sangat bahagia. Semuanya ku letakan di kotak besar berwarna biru langit cerah bercampur biru langit luar angkasa. Aku kembali ke rumah, karena aku hanya berpamitan untuk pergi sebentar.

To Be Continue... :)