(Niall P.O.V)
“I’m back my town!” cengirku setelah keluar dari mobil. Aku
berhenti pada sebuah cafe di tengah kota. Aku lapar, jadi aku akan membeli
beberapa sandwich atau pancake dan satu buah coffee di Starbucks. Setelah itu,
aku langsung pulang ke rumah. Wohoooo!
Selama perjalanan aku tak berhenti mengucapkan alhamdulillah
*eh maksudnya puji Tuhan, karena aku bisa bertemu kembali dengan keluarga
besarku dan kelurganya Gyna nanti.
@MyHomeTercintaaahh :p
“Mommyyyy!” sorakku dari luar pagar.
Beberapa detik kemudian, keluargaku keluar. Dan mereka
sangat antusias saat melihat kedatanganku.
“Niall! Ohmy. Kenapa kau tidak mengabari kami?” tanya Ibu
sangat senang.
“Haha, surprice ibu” dan ku kecup pipi lembut ibu, kemudian
ayah dan adik adik.
“Oke surprice, tapi gak ada makanan banyak loh” kata Ayah
mengejek.
“Haha, tidak apa ayah. Aku bisa menunggu”
“Baiklah. Ibu masak dulu ya. Ayo masuk”
Akhirnya aku dan keluargaku masuk ke dalam rumah. Di dalam
tidak ada yang berbeda sama sekali, bau khas rumah ku juga tidak berubah :D .
kamarku ada di lantai atas.
Taraa.. This is my room! Oohh I miss my own bed! I miss my pillow. Aku rindu
dengan spreiku. Aku rindu semua tentang kamarku! Ku lihat di dinding, ada
beberapa fotoku dengan Gyna dan The Boys. Maaf Gyna, aku tak bisa datang hari
ini. Mungkin pagi-pagi besok aku akan datang. Tenang saja Gyna, aku pasti
datang =) datang dengan semangat baru di hidupmu. Setelah itu, aku mandi dan
merapikan semua barang bawaanku tadi, daaann acara makan-makanlah yang aku
tunggu. Ternyata makan beberapa sandwich dan pancake tidak cukup untuk membuat
perutku kenyang haha.
Ibu memasak makanan kesukaanku, nandos! Nandos ooohh nandos!
Selain nandos em aku tak tau apa namanya, yang penting makan saja hingga perut
mulai terasa kenyang. Kata ustad Jain (baca: Zayn) kita tidak boleh makan
hingga kenyang, berhentilah makan sebelum kenyang. Begitulah katanya :) *nahloh
Hari ini sangat menyenangkan! Bermain dengan saudara-saudaraku dan menunjukan
beberapa koleksi game di PSPku. Kami bermain dengan senang hati dan pada
akhirnya waktu sudah menandakan siang hari sudah berakhir sekarang berganti
dengan gemerlap bintang di langit. Hah aku sudah lelah, setelah aku selesai
makan malam bersama aku langsung tertidur pulas di ranjangku.
Keesokan harinya.
“Morning mom, dad” sapaku ramah. Lalu aku mencomot (?) dua
helai roti dari piring. Dan memberi selai coklat di salah satu roti dan ku tumpuk
dengan roti lainnya. Ku santap deh.
“Morning Niall” jawab Ibu dan ayah bebarengan.
“Ehm.. aku pergi dulu ya bu, yah. Aku ingin pergi ke rumah
Gyna. Sudah lamaaaa sekali aku tak bertemu dengannya” pamitku dengan perasaan
senang.
Ayah dan Ibu saling berpandangan
“Kenapa yah, bu?” tanyaku lirih.
“Em.. tidak apa. yasudah kau pergi saja” timpal Ibu seraya
tersenyum kecut.
“Baiklah” kemudian aku melangkah pergi meninggalkan kedua
orang tuaku.
*****
Hanya berjalan kaki sudah sampai di depan rumah Gyna.
Tapii.. Kenapa rumah Gyna sepi? Pagarnya juga di gembok. Apa jangan-jangan Gyna
sudah pindah? Tapi kenapa tidak ada tulisan rumah ini di jual? Apa sudah ada
yang membelinya? Ribuan pertanyaan menerjang otakku. Aku hanya diam memandang
rumahnya yang bisa di bilang lumayan besar ini. Aku tak bisa menjawab semua
pertanyaan yang ada di otakku, karena aku tak tau bagaimana menjawabnya.
“Gynaaa? Apakah kau ada di dalam?” sorakku memanggil. Tapi
tak ada yang keluar.
“Gynaaaaa! Tolong buka pagarnya dong. Please I wanna meet you,
Gyna” sorakku lagi. Tapi tetap saja, tidak ada yang menjawab. Beberapa detik
kemudian, seorang satpam menghampiriku. Mungkin satpam itu datang karena aku
telah membuat kebisingan.
“May I help you?” tanya satpam itu.
“Yes. Aku ingin bertemu yang punya rumah ini”
“Oohh, yang punya rumah ini pergi ke rumah sakit, karena
anaknya sakit parah” kata satpam
HA? Anaknya sakit parah? GYNA?! DEG gue langsung deg-degan.
Kepalaku sakit seperti di terjang beribu-ribu pisau.
“HA? Gyna maksud bapak? Ke rumah sakit mana pak?”
Satpam itu mengangguk “Ke rumah sakit (random)”
“Thanks” lalu aku berlari sekuat tenaga menuju rumah ku,
mengambil mobil dan cuuusss menuju rumah sakit yang satpam itu bilang.
Selama perjalanan, ribuan pertanyaan menyerangku kembali. Ada apa dengan Gyna?
(kayak pilem deh perasaan haha). Gyna kenapa? Sakit parah? Apa benar satpam itu
bilang? Gyna sakit parah? Bagaimana bisa? Lalu kenapa ia menyembunyikan
penyakitnya? Oh Gyna.. kau membuatku kecewa.
Sampailah di rumah sakit. Aku langsung menuju reseptionis.
Menanyakan pasien dengan nama Georgyna Navarro. Dan pasien itu ada di ruang
bugenvile.
Sampai disana benar. Gyna ada di ruangan itu. Aku membuka handle pintu dengan
perlahan. Mama dan papa Gyna pun tersadar ada seseorang masuk
“Niall?” pekik mama Gyna. Matanya sembab dan bengkak,
hidungnya pun memerah. Memang benar, mama Gyna habis menangis. Kenapa bisa mama
Gyna sampai menangis? Apa Gyna benar-benar sakit parah sehingga mama dan
papanya menangis? Seberapa parahlah penyakit Gyna? Ya Tuhan.
“Ada apa dengan Gyna, mom?” yah. Aku memanggilnya mom karena
memang aku sudah sangat dekat dengan Gyna. Mungkin aku sudah menjadi bagian
dari keluarga Gyna, begitupun sebaliknya.
Mama Gyna kembali menangis, kemudian ia menceritakan
penyakit Gyna. Aku sempat tak percaya Gyna mengalami itu semua. Aku benar-benar
tak percaya. Maafkan aku Gyna, yang tak tau tentang keadaanmu. Seharusnya aku
mencari tau tentang ini semua ketika ada sesuatu yang aneh ku rasakan. Tak
terasa air bening ini jatoh membasahi pipi ini.
Gyna mengerang. Kami pun langsung mendekat dengannya.
“Gyna, apa kau bisa dengar aku? Aku Niall, Gyna. Kekasihmu.”
Kataku lirih.
Gyna sedikit lebih tenang. Gyna belum sadar setelah 2 hari
koma. Mungkin kali ini ia akan sadar karena awal permulaan ia sudah mengeluarkan
suara walopun hanya mengerang. Gyna perlahan-lahan membuka matanya yang
berbinar.
“Niall? Kau kah itu?” tanyanya sangat lirih, hampir aku tak
bisa mendengarnya.
“Ya, ini aku Niall.” Jawabku seraya tersenyum manis. Ku usap
pelan rambut panjang coklatnya itu. Aku hanya diam saja memandangnya, tak
berani menanyakan atau menyalahkan apapun tentang penyakitnya ini. Sebenarnya,
aku ingin menyalahkan Gyna kenapa ia tak memberi tau tentang keadaan
sebenarnya, tapi setelah melihat kondisinya sekarang, aku sungguh tak tega. Air
mata kembali bergulir, setelah tadi sempat terhenti akan bangunnya Gyna.
(Author P.O.V)
Sebelumnya.. setelah pulang dari bukit itu, Gyna langsung
mimisan dan merasakan sakit yang luar biasa, hingga akhirnya ia jatuh pingsan.
Ayah dan Ibunya langsung membawa Gyna ke rumah sakit. Sejak saat itulah Gyna
koma. Tapi saat Niall datang, Gyna kembali sadar walaupun Gyna kembali
merasakan sakit.
Rasa sakit yang Gyna rasakan saat ini melebihi ia sakit hati dengan Niall yang
lama sekali tidak pernah bertemu. Gyna terus mengerang, merasakan sakit dari
obat keras yang mengalir di dalam darahnya. Keringat dingin mengucur dari
kening dan leher Gyna. Semua yang ada di ruangan itu hanya bisa menangis dan
berdoa pada Tuhan, termasuk Niall.
Tiba-tiba Gyna sedikit lebih tenang
“Niall..”
“Iya Gyna?”
“Aku sangat senang bisa bertemu denganmu saat ini..” kata
Gyna lirih dan pelan.
Niall tersenyum “Iya Gyna, aku juga sangat senang bisa
bertemu denganmu lagi”
“Ehmm maaf kalau selama ini aku berbohong denganmu Niall.
Aku tak tau bagaimana caranya untuk memberi tau tentang penyakitku ini. Aku
takut jika kau ikut frustasi dan kariermu akan berantakan. Aku tak mau masa
depanmu hancur” kata Gyna panjang, yah walaupun sedikit lama. Maklum saja, Gyna
merasakan beratnya susah berbicara.
“Kau masa depanku, Gyna” kata Niall serius tapi tetap dengan
nada lembut dan khawatir.
Gyna tersenyum “terima kasih telah menjadikanku masa depanmu
Niall, tapi tidak bisa. Aku sudah di takdirkan untuk tinggal di atas sana.
Terima kasih atas semua yang telah kamu berikan padaku Niall. I love you so
much”
Niall hanya diam
“Ibu, Ayah. Aku sayang kalian. Terima kasih telah merawatku
dengan sangat baik, terima kasih atas semua jasa-jasa kalian. I love you so
much mom dad”. Mata cantik Gyna mulai menutup secara perlahan. Pancaran binar
mata Gyna yang bisa memukau semua orang yang melihatnya telah tertutup rapat,
dan tidak bisa terbuka kembali. Semua tangisan pecah dan membuat ruangan ini
menjadi gaduh akan tangisan mama Gyna.
“I love you more Gyna. More than you know” lirih Niall yang
tengah meringkuh Gyna.
(Still Author P.O.V)
Setelah pemakaman Gyna selesai, Niall menuju bukit yang dulu
sering sekali mereka kunjungi.
Sudah lama aku tidak kesini, aku rindu sekali. Batin Niall. *kasian bang Niall
u,u
Sesampainya Niall di pucuk bukit, ia menemukan kotak besar
berwarna langit cerah bercampur biru langit luar angkasa. Kemudian ia membuka.
Sebuah sweater lembut berwarna biru, sebuah buku album foto dan sebuah VCD. Ia
menaruh semua itu. Ia menatap indahnya matahari terbenam.
“Sungguh, aku tak percaya kau secepat itu pergi, Gyna” kata
Niall masih melihat indahnya sunset. Air matanya kembali jatuh membasahi kedua
pipinya.
“AAAAAA~ GYNA! KENAPA KAU SECEPAT ITU PERGIII? AKU MASIH
MEMBUTUHKANMU GYNA! AKU INGIN MENIKMATI MUSIM-MUSIM LAIN BERSAMA MU. MEMBUAT
BOLA-BOLA SALJU BERSAMA MU, MEMETIK BUNGA INDAH SAAT MUSIM SEMI BERSAMA MU. AKU
MASIH MERINDUKANMU GYNA, SUNGGUH AKU TAK BERBOHONG. AKU SANGAT MENCINTAIMU. AKU
BELUM BISA MENERIMA INI SEMUA. AKU BINGUNG GYNA!! AKU BUTUH SESEORANG DISINIIII!!!! hiks hiks” teriak Niall seraya sesegukan. Ia menangis tersedu-sedu di situ.
Menangis seorang diri di pucuk bukit yang sepi, senyap, tak ada seorang pun
menemaninya. Hanya bintang dan bulan yang setia menemaninya di atas sana.
**
(Niall P.O.V)
Gue lagi ngumpul di rumah bareng The Boys. Yah, gak terlalu
banyak sih yang kita lakuin. Nginget baru lusa kemaren Gyna pergi. Ehm kalo
bisa dipikir-pikir, status Gyna masih tetap jadi pacar gue karena gak ada yang
bilang putus. It’s okay lah. Gue berniat buat nonton VCD yang di kasih Gyna,
bareng The Boys disini.
“Hey guys. Gue penasaran sama isinya nih VCD” kata gue sama
mereka seraya memasukan VCD itu ke DVD. *haduuuhh kenapa jadi 'gue-lo' gini yak-..-
Beberapa detik kemudian, ada seorang perempuan tengah duduk
di tempat tidurnya sambil menghadap kamera laptop. Ya maksudnya, dia ngadep
kita getoh-,- . Itu Gyna. Ia tampak lemah dan lesu, seperti kekurangan darah
dan seperti tidak pernah makan. Matanya sembab dan basah. Ia tersenyum manis,
matanya yang berbinar agak kabur, karena Gyna habis menangis.
“Hi, siapa pun yang melihat ini. Mungkin aku sudah tidak ada
di dunia, ketika kalian atau Niall saja yang melihat rekaman konyol ini. Aku
merekam ini untuk memberitau apa yang kurasakan Niall. Karena aku tak sempat
untuk itu..” ia berhenti sejenak, menyentrup (?) ingusnya yang hampir keluar.
*Hehe._.v . Gyna sedikit menangis saat berkata.
“Kau tau? Aku sangat menderita. Menderita akan penyakitku
ini. Aku tak tau penyakitku apa, walopun aku tau, aku berusaha untuk tidak tau
dan tidak mengingatnya. Maaf jika selama ini aku berbohong padamu Niall, aku
berbohong untuk kebaikanmu, supaya kau tidak ikut memikirkan penyakit suck ku
ini..” Gyna berhenti sejenak untuk mengambil napas. Menangis lah yang membuat
Gyna sedikit tidak bisa bernapas.
“Aku sendirian Niall. Aku tak tau kemana perginya
teman-temanku saat mereka tau aku seperti sekarang. Aku frustasi Niall. Di tambah dengan
pengobatan yang luar biasa menyiksaku. Setiap seminggu sekali aku melakukan
kemoterapi. Dan kau tau rasanya? Aku tak bisa memberi tau, saking sakitnya
Niall. Tapi kemoterapi itu tak membuah kan hasil, hanya penyesalan saja yang
keluar dari masalah ini. Aku menyerah, em bukan-bukan tapi aku hanya menunggu
ajalku datang. Akhirnya aku bisa terbebas dari kemoterapi itu, tapi sebagai
hasilnya, umurku dengan cepat memendek”
“Ini mungkin sebuah keputus asaan, tapi.. aku sudah mencoba
semampuku. Dan akhirnya aku tak bisa. Batasku hanya segitu. Tapi di sisi lain,
aku sangat bersyukur atas karunia Tuhan. Tuhan mengirimkan orang tua yang
sangat ku sayangi dan cintai dan Niall, kekasihku yang amat ku cintai. Walaupun
tanpa teman, aku masih bisa dengan ketiga orang tersebut” kata Gyna panjang. Ia
tersenyum kecut, mungkin penyakitnya menyerang kembali.
“Don’t give up and keep believe. Don’t believe easly what
people say, don’t hear easly about people say about you. Mukjizat itu ada, ya
walaupun aku tidak selamanya mendaptkan mukjizat itu. Sudah ini saja ya, aku
merasakan sesuatu yang.... sangat sakit. Sakit sekali. Aargghh! Oh Lord!...”
Gyna mimisan! Ia langsung menutup laptopnya.
“Don’t give up and keep believe. Thanks Gyna, kau memberi
arti hidup sebenarnya.. Dan semoga kau tenang di atas sana. I love you” batin gue.
The End
Shut the door, turn the light off
I wanna be with you
I wanna feel your love
I wanna lay beside you
I cannot hide this even though I try
Heartbeats harder
Time escapes me
Trembeling hands touch skin
It makes this hard girl
And the tears stream down my face
If we could only have this life for one more day
If we could only turn back time
You know I'll be
Your life your voice your reason to be
My love my heart is breathing for this
Moment in time
I'll find the words to say
Before you leave me today