Jumat, 06 Juli 2012

"Lost Those Eyes" Part 1 | Fiction


Main cast:
Niall Horan (@NiallOfficial)
Georgyna Navarro (@NatasiaOfficial)
(Niall P.O.V)

“C’mon Niall! Kau ingin pulang tidak? Jam penerbanganmu kan hampir tiba. Kau bisa terlambat” kata Harry.

Yah, The Boys sudah selesai dengan tour Up All Night, jadi kami akan pulang ke kampung halaman. Aku senang sekali bisa kembali lagi ke halaman rumah, tapi aku juga sedih karna harus terpisah sementara dengan The Boys. Aku rindu pada keluargaki dan aku rindu pada seseorang yang tlah lama aku tinggalin untuk mengejar mimpi. Foto yang sedang aku pegang, adalah foto dirinya, Georgyna.

“Okay, Harry” kemudian aku keluar dari kamar hotel dan menuju ke mobil.

Georgyna adalah kekasihku. Sekiranya hampir satu setengah tahun aku tidak melihatnya, ya karna aku tidak punya banyak waktu untuk menemuinya. Tapi kami sering berkomunikasi lewat telepon atau sms, itu sudah sangat melegakan mendengar kabarnya dari pada tidak sama sekali. Tapi akhir-akhir ini ada yang aneh darinya, tapi ia tak memberitahu itu. Aku cuma bisa diam, karna tak ada yang bisa aku lakukan selain berdoa agar Georgyna baik-baik saja.  Sungguh aku mencintainya dan sangat merindukannya.

Georgyna adalah sahabat kecilku juga. Jadi sejak kami kecil, kami sudah saling bersama. Melewati bersama indahnya musim panas, memandang bersama daun-daun berguguran pada saat musim gugur, melewati bersama dinginnya musim dingin dan melihat bersama bunga-bunga bermekaran di musim semi. Pada saat itu aku dan Georgyna udah berpacaran. Dan pada akhirnya kami tidak bisa melewati semua itu bersama-sama karena aku mengikuti X-Factor. Dan kemudian, aku jarang bertemu dengannya karena sibuk dengan The Boys. Anehnya Georgyna tak mau memutuskan hubungannya denganku.

Dulu, pada waktu aku berumur  11 tahun dan Georgyna berumur 10 tahun, Georgyna memberi sebuah gitar akustik berwarna cream dan ada sedikit warna coklat padaku. Pertamanya aku bingung kenapa ia memberiku ini. Aku belum tau caranya menggunakan gitar.

Flashback On-

*1 pesan masuk*

Niall, kita bertemu di taman dekat sungai ya. Aku ingin memberimu sesuatu. Pukul 5 sore. Gyna.

“Baiklah” kulirik jam. Hampir jam 5, sebaiknya aku mandi dulu.
**
Jam 5 tepat. Aku bergegas mengambil jaketku dan berlari menuju taman setelah berpamitan dengan ibu. Taman itu ya lumayan jauh, tapi pemandangan disana bisa menaklukan mata ini. Sungguh bagus. Itu tempat favoritku dengan Gyna. Tak seorang pun selain aku dan Gyna pernah ke tempat itu. Kurasa. Em tempat itu bisa dibilang bukit kecil, karena bentuknya memang seperti bukit hijau. Di ujung puncaknya ada pohon oak yang besar dan tinggi. Biasanya aku dan Gyna pergi kesana pada senja hari, dan duduk berdampingan melihat matahari terbenam dengan indahnya.
Tak terasa aku berlari, akhirnya sampai juga. Disana sudah terlihat seorang perempuan tengah duduk di bawah pohon oak. Tidak salah dan tidak bukan pasti itu Gyna. Aku langsung menghampirinya.

“Lama menunggu?” kataku seraya duduk di sampingnya.
“Hi Niall. Ehm tidak juga.”
“Kau mau memberiku apa?” tanyaku to the point.
Ia menyodorkan sesuatu yang lumayan besar yang tersimpan di balik kain parasut hitam.
Aku pun membukanya “Gitar akustik?” pekikku.
“Iya. aku memberimu itu”
“Tapi aku tidak tau bagaimana cara memainkannya”
Kemudian Gyna mengajariku nada-nada dasar dan kunci-kunci dasar. Perlahan tapi pasti aku pun bisa mengikutinya.
“Kau harus banyak belajar Niall” katanya.
“Tentu, pasti aku akan banyak belajar. Dan aku juga punya sesuatu untukmu” kemudian aku mengeluarkan 3 buah gelang dari kantung jaketku. 3 buah gelang itu terbuat dari benang-benang berserat lumayan tebal. Membentuk beberapa pola-pola unik dan mempunyai warna yang berbeda. Bisa dibilang ini gelang untuk perempuan tomboy. Gyna tidak feminim, ia malah condong sedikit ke arah anak laki-laki. Tapi ia tetap lah seorang perempuan.
“Waw, thank you Niall. Kau yang membuatnya?”
“Tentu saja. Aku membuatnya dengan susah payah, dan banyak pengorbanan yang di butuhkan. Mencari bahan untuk membuat ini susah, dan awalnya aku tidak tau bagaimana membuatnya, tapi karna tekadku untuk membuatkan ini untukmu ya jadi deh ini. Memang tidak terlalu bagus sih” kataku panjaang.
Gyna tertawa “Haha.. kau lucu Niall. Terima kasih banyak Niall. Kau tau? Menurutku ini sangat indah. Kurasa yang membuat gelang ini menjadi indah dan spesial adalah pola-polanya. Apakah kau merancangnya sendiri?” tanyanya sambil meraba pola-pola ketiga gelang itu.
“Ya sedikit, tapi ada beberapa pola yang aku temui di internet”
“Okay, well thank you so much Niall”. kemudian ia memakai semua gelang itu.
“You’re welcome. Pakai terus ya”
“Pasti. Look! Matahari akan terbenam” ucapnya sambil menunjuk matahari yang lumayan jauh dari sini, jadi mata kita tidak terlalu silau jika melihatnya.
“Ya, bagaimana kalau kita hitung mundur?”
“All right. Now, one...”
“... two...”
“...three” ucapku dan Gyna bebarengan dengan matahari yang sudah terbenam menyisakan siratan-siratan cahaya golden bercampur dengan warna keunguan. It was beautiful!
“Okay, we were looked that, and now let’s go home” kataku sambil bangkit dari tempatku duduk tadi. Tak lupa gitar akustik ini kubawa. Rumahku dan Gyna tidak terlalu jauh, hanya di batasi oleh 3 rumah saja.

Flashback off-

Aku ketawa kecil mengingat kejadian itu. Dan saat ini gitar akustik itu masih aku gunakan. Terima kasih Gyna. Gak ada yang bisa aku lakuin di pesawat selain mikirin keadaan Georgyna. Demi Tuhan, aku sangat merindukannya. Beberapa hari yang lalu, Gyna tak bisa di hubungi. Nomor papa dan mamanya juga tak bisa di hubungi, aku sangat khawatir. Perasaanku tidak enak. Apakah akan ada sesuatu yang buruk terjadi menimpa Gyna? Aku mohon tidak ada apa pun. Aku kembali memutar otakku, mencari memori-memori yang dulu pernah aku lakukan dengan Gyna. Yah sekedar melupakan pemikiran negatif ku tadi.

Flashback On-

Pada waktu umurku 15 tahun kiranya, sekolah mengadakan acara prom night. Di wajibkan untuk membawa seseorang yang spesial. Ya tentu saja aku mengajak Gyna, dan Gyna mengiyakan ajakkanku. Acara prom night akan berlangsung pada pukul 8 pm. Jam 7 pm aku sudah siap dengan T-shirt putih dilengkapi dengan blazer hitam. Yah , aku memang tidak terlalu senang memaikain pakaian formal. Yang biasa-biasa saja, tapi tetap terlihat kece. Dan aku berangkat pada pukul setengah 8. Aku dan Gyna berangkat sendiri-sendiri, ia berangkat dulu karna ia wakil dari panitia prom night. Oh ya, The Boys juga ikut prom night. Tapi aku tak tau siapa pasangan mereka masing-masing.

@Aula Promnight

Saat masuk, mataku langsung tertuju pada segerombolan anak laki-laki dengan pasangan mereka masing-masing tengah duduk di sofa pojok aula. Sukanya mojok-mojok nih The Boys-_- . aku pun langsung menghampirinya.

“Hey guys!” sapaku ramah.
“hey Niall!” jawab Louis.
“Mana pasanganmu?” tanya Liam.
“Ehm.. mungkin di belakang aula. Ia wakil panitia prom night, jadi aku tidak berangkat bersama dengannya.”

Beberapa menit kemudian, Gyna menghampiriku. Oh damn! Dia sangat cantik. Sungguh aku tidak berbohong.

“Hi guys. Hi Niall” sapanya ramah.
“Hi Gyna” jawab The Boys serempak.
“Eh iya, bentar lagi prom night mulai nih. Jadi siap-siapa ya” kata Gyna. Kami semua hanya tersenyum manis.
Setelah itu suara MC membuka acara terdengar. Acara pertama adalah menonton para dancer menampilkan keahliannya. Nah yang kedua nih, acara paling aku tunggu-tunggu, menari dengan pasangan. Itu lah tujuan utama diadakannya prom night. Musik bergenre slow pun di mainkan.
Beberapa menit berdiam dengan Gyna, akhirnya aku angkat bicara.
“Gyna..” kataku pelan.
“Iya?”
“Kau sangat cantik malam ini, apakah kau tau itu?” kataku memuji.
Ia tersenyum malu “Aku rasa, terima kasih”
“Yah, kau memang sangat cantik. Kau baik, kau perhatian, kau selalu percaya dan jujur padaku. Dan pada akhirnya aku merasakan hal yang mungkin di rasakan oleh teenager-teenager lainnya. Yaitu..”
“Jatuh cinta..” timpal Gyna seraya mentapku lekat-lekat. Matanya yang berbinar membuatku sangat deg-degan.
“Ya, dan aku jatuh cinta padamu. Aku mencintaimu Gyna. Will you be mine?” ucapku perlahan. Apa yang akan terjadi seterusnya jika Gyna menolakku? Apakah semuanya akan berubah seketika? Apakah akan tetap menjadi Niall-Gyna yang selalu bersama dalam melewati apapun?
Wajah Gyna tampak bingung tapi kemudian bibirnya membentuk sebuah senyuman
“Ya Niall, I will” jawabnya dengan pasti. Aku pun memeluknya dengan erat.
“Thank you hunny”.

Flashback off-

Itulah saat aku menyatakan perasaanku pada Gyna. Setelah itu, aku lakukan kembali semuanya dengan bersama-sama. Banyak sekali peristiwa-peristiwa menyenangkan bersamanya. Dialah cinta pertamaku. aku merasa lebih bahagia setelah berpacaran dengan Gyna, hidupku seperti pelangi yang selalu menampakan warna-warna menabjukan dari pantulan cahayanya. Tapi kebahagiaan itu hilang saat aku mulai memutuskan untuk mengikuti X-Factor. Sebenarnya Gyna sangat tidak setuju akan hal itu, tapi akhirnya Gyna menyadari bahwa itu untuk kebaikanku juga. Yah, aku pergi meninggalkan Gyna. Sekali lagi, aku sangat sangat merindukannya. Kalau sudah sampai, aku akan mengajak Gyna bermain di taman mirip bukit itu. Berjalan-jalan di pinggir sungai, merasakan air sungai yang dingin. Dan akan aku nyanyikan semua lagu The Boys dan lagu kenanganku dengan Gyna menggunakan gitar akustik pemberiannya. YA! Aku akan melakukan itu untuk menghilangkan rasa rinduku.

(Georgyna P.O.V)

Apakah The Boys sudah selesai dengan tournya? Benarkah itu? Niall.. apakah kau masih ingat padaku? Aku merindukanmu Niall, sungguh. Kataku dalam hati seraya menangis di pinggir kolam renang belakang rumahku. Hatiku semakin tersayat saat aku melihat foto kenanganku dengan Niall. Aku rindu masa-masa itu. Aku rindu semua hal yang mengenai Niall. Kapan kau datang Niall?

“Gyna?” suara lembut memanggilku dari belakang.
“Iya bu?” jawabku seraya mengusap air mata.
“Kau sudah minum obat? Kenapa kau disini? Disini dingin, Gyna”
“Ehm.. masih perlukah minum obat bu?”
“Iya Gyna. Apa kau tak ingin sembuh?”
“Ibu tak ingat apa kata dokter sebulan lalu?”
Ibu terdiam
“Ibu tak ingat bahwa dokter telah memvonis umurku tak akan lama lagi? Ibu tak ingat huh?!” kataku seraya menangis tersedu-sedu. 

Ya Tuhan maafkanlah aku yang telah membentak Ibu. Air bening ini semakin deras menetes ketika Ibu mendekapku erat dan hangat. Air mata ibu juga menetes membasahi rambut coklat panjangku ini.

“Ibu ingat sayang, tapi setidaknya ada obat penawar itu. Ibu mohon minum obat dulu ya” bujuk Ibu.
Aku menghentikan tangisan ini
“Baiklah” kataku seraya segukan.

Ya Tuhan, jika kau ingin mengambil nyawaku sekarang aku siap. Tapi aku ingin Niall tabah akan hal yang akan ia lihat nanti. Maafkan aku Niall, mungkin aku tak bisa menemanimu pada saat kau pulang dari tour. Tapi semoga itu tidak terjadi, aku ingin menemuimu. Aku sangat merindukanmu Niall, sungguh aku tidak berbohong. Aku telah menderita penyakit yang menyerangku secara cepat. Mungkin kanker atau apa, aku tak mengerti dan aku tak mau mengerti akan hal itu. Aku sangat menderita, aku frustasi. Aku selalu menangis dan menjerit seperti orang bodoh yang kehilangan akal. Aku terus masuk keluar rumah sakit, kemoterapi dan berbagai macam pengobatan lainnya, tapi tak juga membuahkan hasil. Saat aku mendengar keuangan orang tuaku menipis gara-gara kemoterapi yang kujalani, aku berbicara pada mereka untuk menyetop semuanya. 

Aku sudah pasti akan meninggal, tak ada harapan lagi. Sudah cukup penderitaan yang kujalani selama pengobatan menyakitkan itu, itu sangat sangat membuatku frustasi berkepanjangan. Dan akhirnya mereka menyetujui permintaanku itu setelah aku bermohon-mohon pada mereka. Aku selalu bilang baik-baik saja jika ditanya kabar oleh Niall, aku tak mau mengganggu pikiran Niall jika ia tau aku sakit parah. Aku tak mau Niall ikut-ikutan frustasi dengan penyakit freakku ini. Niall tetap harus mengejar mimpinya. Aku tak boleh menjadi dinding penghalang untuk semua mimpi-mimpinya.

Aku berjalan perlahan menuju kamarku yang berada di lantai atas. Dinding kamarku di penuhi dengan foto-fotoku dengan Niall atau pun The Boys, bisa di bilang aku adalah perempuan biasa yang sangat beruntung di dunia karena bisa bersahabat dengan The Boys. Aku berniat untuk mengambil jaket tipis berwarna coklat dari dalam almari. Saat aku memakainya, aku melihat lenganku. Oh, gelang ini. Gelang dari Niall. Kau tahu Niall, aku selalu menjaga gelang ini secara baik-baik. Aku tak mau pemberian berhargamu ini rusak atau hilang. Pernah saat itu, gelang ini hilang di mobil setelah aku dan Ibu berbelanja. Aku sudah mencari ke seluruh pojok-pojok permukaan mobil, tapi tak ketemu juga. Aku menangis saat itu juga, aku tak henti-hentinya menangis, menangis karena 3 buah gelang. Tapi ibu menyelamatkanku. Ia menemukan ketiga gelang itu di kantung plastik belanja. Oh gosshh! Gelang itu ternyata terlepas di dalam kantung plastik saat aku mengambil sesuatu. Saat itu memang gelang itu kendur, jadi gampang terlepas. Mulai saat itu aku berhati-hati untuk menjaga gelang ini.

Aku menuju taman yang seperti bukit itu setelah berpamitan dengan ibu. Walopun masih pagi, atau pagi menjelang siang, tempat itu masih terasa sejuk atau nyaman. Aku merindukan tempat itu.
aku berdiri sebentar di pucuk bukit, melihat sungai yang jernih di bawah. Lalu aku duduk di bawah pohon oak yang rindang. Aku raba batang kayu itu, ada tulisan N & G forever :D  yand di ukir menggunakan pisau. air mataku kembali berlinang, mengalir deras membasahi pipiku. Sebelumnya aku sudah membuatkan ini untuk Niall. Sebuah sweater biru muda hangat yang terbuat dari woll terbaik. Aku membuat ini sendiri. Dan aku juga membuat sebuah buku album lumayan besar yang berisi foto-fotoku dan Niall dengan p.s di belakang album itu. Aku juga memberinya sebuah VCD. VCD itu isinya, aku sedang menceritakan bagaimana penderitaanku selama ini, tapi pada bagian terakhirnya aku memberitahu bahwa ada sisi yang bisa membuat aku sangat bahagia. Semuanya ku letakan di kotak besar berwarna biru langit cerah bercampur biru langit luar angkasa. Aku kembali ke rumah, karena aku hanya berpamitan untuk pergi sebentar.

To Be Continue... :)

2 komentar: