Main cast:
Niall Horan (@NiallOfficial)
Georgyna Navarro (@NatasiaOfficial)
Georgyna Navarro (@NatasiaOfficial)
(Niall P.O.V)
“C’mon Niall! Kau ingin pulang tidak? Jam penerbanganmu kan
hampir tiba. Kau bisa terlambat” kata Harry.
Yah, The Boys sudah selesai dengan tour Up All Night, jadi
kami akan pulang ke kampung halaman. Aku senang sekali bisa kembali lagi ke
halaman rumah, tapi aku juga sedih karna harus terpisah sementara dengan The
Boys. Aku rindu pada keluargaki dan aku rindu pada seseorang yang tlah lama aku
tinggalin untuk mengejar mimpi. Foto yang sedang aku pegang, adalah foto
dirinya, Georgyna.
“Okay, Harry” kemudian aku keluar dari kamar hotel dan
menuju ke mobil.
Georgyna adalah kekasihku. Sekiranya hampir satu setengah
tahun aku tidak melihatnya, ya karna aku tidak punya banyak waktu untuk
menemuinya. Tapi kami sering berkomunikasi lewat telepon atau sms, itu sudah
sangat melegakan mendengar kabarnya dari pada tidak sama sekali. Tapi
akhir-akhir ini ada yang aneh darinya, tapi ia tak memberitahu itu. Aku cuma
bisa diam, karna tak ada yang bisa aku lakukan selain berdoa agar Georgyna
baik-baik saja. Sungguh aku mencintainya
dan sangat merindukannya.
Georgyna adalah sahabat kecilku juga. Jadi sejak kami kecil,
kami sudah saling bersama. Melewati bersama indahnya musim panas, memandang
bersama daun-daun berguguran pada saat musim gugur, melewati bersama dinginnya
musim dingin dan melihat bersama bunga-bunga bermekaran di musim semi. Pada
saat itu aku dan Georgyna udah berpacaran. Dan pada akhirnya kami tidak bisa
melewati semua itu bersama-sama karena aku mengikuti X-Factor. Dan kemudian,
aku jarang bertemu dengannya karena sibuk dengan The Boys. Anehnya Georgyna tak
mau memutuskan hubungannya denganku.
Dulu, pada waktu aku berumur
11 tahun dan Georgyna berumur 10 tahun, Georgyna memberi sebuah gitar
akustik berwarna cream dan ada sedikit warna coklat padaku. Pertamanya aku
bingung kenapa ia memberiku ini. Aku belum tau caranya menggunakan gitar.
Flashback On-
*1 pesan masuk*
Niall, kita bertemu di
taman dekat sungai ya. Aku ingin memberimu sesuatu. Pukul 5 sore. Gyna.
“Baiklah” kulirik jam. Hampir jam 5, sebaiknya aku mandi
dulu.
**
Jam 5 tepat. Aku bergegas mengambil jaketku dan berlari
menuju taman setelah berpamitan dengan ibu. Taman itu ya lumayan jauh, tapi
pemandangan disana bisa menaklukan mata ini. Sungguh bagus. Itu tempat
favoritku dengan Gyna. Tak seorang pun selain aku dan Gyna pernah ke tempat
itu. Kurasa. Em tempat itu bisa dibilang bukit kecil, karena bentuknya memang
seperti bukit hijau. Di ujung puncaknya ada pohon oak yang besar dan tinggi.
Biasanya aku dan Gyna pergi kesana pada senja hari, dan duduk berdampingan
melihat matahari terbenam dengan indahnya.
Tak terasa aku berlari, akhirnya sampai juga. Disana sudah terlihat seorang
perempuan tengah duduk di bawah pohon oak. Tidak salah dan tidak bukan pasti
itu Gyna. Aku langsung menghampirinya.
“Lama menunggu?” kataku seraya duduk di sampingnya.
“Hi Niall. Ehm tidak juga.”
“Kau mau memberiku apa?” tanyaku to the point.
Ia menyodorkan sesuatu yang lumayan besar yang tersimpan di
balik kain parasut hitam.
Aku pun membukanya “Gitar akustik?” pekikku.
“Iya. aku memberimu itu”
“Tapi aku tidak tau bagaimana cara memainkannya”
Kemudian Gyna mengajariku nada-nada dasar dan kunci-kunci
dasar. Perlahan tapi pasti aku pun bisa mengikutinya.
“Kau harus banyak belajar Niall” katanya.
“Tentu, pasti aku akan banyak belajar. Dan aku juga punya
sesuatu untukmu” kemudian aku mengeluarkan 3 buah gelang dari kantung jaketku. 3
buah gelang itu terbuat dari benang-benang berserat lumayan tebal. Membentuk
beberapa pola-pola unik dan mempunyai warna yang berbeda. Bisa dibilang ini
gelang untuk perempuan tomboy. Gyna tidak feminim, ia malah condong sedikit ke
arah anak laki-laki. Tapi ia tetap lah seorang perempuan.
“Waw, thank you Niall. Kau yang membuatnya?”
“Tentu saja. Aku membuatnya dengan susah payah, dan banyak
pengorbanan yang di butuhkan. Mencari bahan untuk membuat ini susah, dan
awalnya aku tidak tau bagaimana membuatnya, tapi karna tekadku untuk membuatkan
ini untukmu ya jadi deh ini. Memang tidak terlalu bagus sih” kataku panjaang.
Gyna tertawa “Haha.. kau lucu Niall. Terima kasih banyak
Niall. Kau tau? Menurutku ini sangat indah. Kurasa yang membuat gelang ini
menjadi indah dan spesial adalah pola-polanya. Apakah kau merancangnya
sendiri?” tanyanya sambil meraba pola-pola ketiga gelang itu.
“Ya sedikit, tapi ada beberapa pola yang aku temui di
internet”
“Okay, well thank you so much Niall”. kemudian ia memakai
semua gelang itu.
“You’re welcome. Pakai terus ya”
“Pasti. Look! Matahari akan terbenam” ucapnya sambil
menunjuk matahari yang lumayan jauh dari sini, jadi mata kita tidak terlalu
silau jika melihatnya.
“Ya, bagaimana kalau kita hitung mundur?”
“All right. Now, one...”
“... two...”
“...three” ucapku dan Gyna bebarengan dengan matahari yang
sudah terbenam menyisakan siratan-siratan cahaya golden bercampur dengan warna
keunguan. It was beautiful!
“Okay, we were looked that, and now let’s go home” kataku
sambil bangkit dari tempatku duduk tadi. Tak lupa gitar akustik ini kubawa.
Rumahku dan Gyna tidak terlalu jauh, hanya di batasi oleh 3 rumah saja.
Flashback off-
Aku ketawa kecil mengingat kejadian itu. Dan saat ini gitar
akustik itu masih aku gunakan. Terima kasih Gyna. Gak ada yang bisa aku lakuin
di pesawat selain mikirin keadaan Georgyna. Demi Tuhan, aku sangat
merindukannya. Beberapa hari yang lalu, Gyna tak bisa di hubungi. Nomor papa
dan mamanya juga tak bisa di hubungi, aku sangat khawatir. Perasaanku tidak
enak. Apakah akan ada sesuatu yang buruk terjadi menimpa Gyna? Aku mohon tidak
ada apa pun. Aku kembali memutar otakku, mencari memori-memori yang dulu pernah
aku lakukan dengan Gyna. Yah sekedar melupakan pemikiran negatif ku tadi.
Flashback On-
Pada waktu umurku 15 tahun kiranya, sekolah mengadakan acara
prom night. Di wajibkan untuk membawa seseorang yang spesial. Ya tentu saja aku
mengajak Gyna, dan Gyna mengiyakan ajakkanku. Acara prom night akan berlangsung
pada pukul 8 pm. Jam 7 pm aku sudah siap dengan T-shirt putih dilengkapi dengan
blazer hitam. Yah , aku memang tidak terlalu senang memaikain pakaian formal.
Yang biasa-biasa saja, tapi tetap terlihat kece. Dan aku berangkat pada pukul
setengah 8. Aku dan Gyna berangkat sendiri-sendiri, ia berangkat dulu karna ia
wakil dari panitia prom night. Oh ya, The Boys juga ikut prom night. Tapi aku
tak tau siapa pasangan mereka masing-masing.
@Aula Promnight
Saat masuk, mataku langsung tertuju pada segerombolan anak
laki-laki dengan pasangan mereka masing-masing tengah duduk di sofa pojok aula.
Sukanya mojok-mojok nih The Boys-_- . aku pun langsung menghampirinya.
“Hey guys!” sapaku ramah.
“hey Niall!” jawab Louis.
“Mana pasanganmu?” tanya Liam.
“Ehm.. mungkin di belakang aula. Ia wakil panitia prom
night, jadi aku tidak berangkat bersama dengannya.”
Beberapa menit kemudian, Gyna menghampiriku. Oh damn! Dia
sangat cantik. Sungguh aku tidak berbohong.
“Hi guys. Hi Niall” sapanya ramah.
“Hi Gyna” jawab The Boys serempak.
“Eh iya, bentar lagi prom night mulai nih. Jadi siap-siapa
ya” kata Gyna. Kami semua hanya tersenyum manis.
Setelah itu suara MC membuka acara terdengar. Acara pertama
adalah menonton para dancer menampilkan keahliannya. Nah yang kedua nih, acara
paling aku tunggu-tunggu, menari dengan pasangan. Itu lah tujuan utama diadakannya
prom night. Musik bergenre slow pun di mainkan.
Beberapa menit berdiam dengan Gyna, akhirnya aku angkat
bicara.
“Gyna..” kataku pelan.
“Iya?”
“Kau sangat cantik malam ini, apakah kau tau itu?” kataku
memuji.
Ia tersenyum malu “Aku rasa, terima kasih”
“Yah, kau memang sangat cantik. Kau baik, kau perhatian, kau
selalu percaya dan jujur padaku. Dan pada akhirnya aku merasakan hal yang
mungkin di rasakan oleh teenager-teenager lainnya. Yaitu..”
“Jatuh cinta..” timpal Gyna seraya mentapku lekat-lekat.
Matanya yang berbinar membuatku sangat deg-degan.
“Ya, dan aku jatuh cinta padamu. Aku mencintaimu Gyna. Will
you be mine?” ucapku perlahan. Apa yang akan terjadi seterusnya jika Gyna
menolakku? Apakah semuanya akan berubah seketika? Apakah akan tetap menjadi
Niall-Gyna yang selalu bersama dalam melewati apapun?
Wajah Gyna tampak bingung tapi kemudian bibirnya membentuk
sebuah senyuman
“Ya Niall, I will” jawabnya dengan pasti. Aku pun memeluknya
dengan erat.
“Thank you hunny”.
Flashback off-
Itulah saat aku menyatakan perasaanku pada Gyna. Setelah
itu, aku lakukan kembali semuanya dengan bersama-sama. Banyak sekali
peristiwa-peristiwa menyenangkan bersamanya. Dialah cinta pertamaku. aku merasa
lebih bahagia setelah berpacaran dengan Gyna, hidupku seperti pelangi yang
selalu menampakan warna-warna menabjukan dari pantulan cahayanya. Tapi
kebahagiaan itu hilang saat aku mulai memutuskan untuk mengikuti X-Factor.
Sebenarnya Gyna sangat tidak setuju akan hal itu, tapi akhirnya Gyna menyadari
bahwa itu untuk kebaikanku juga. Yah, aku pergi meninggalkan Gyna. Sekali lagi,
aku sangat sangat merindukannya. Kalau sudah sampai, aku akan mengajak Gyna
bermain di taman mirip bukit itu. Berjalan-jalan di pinggir sungai, merasakan
air sungai yang dingin. Dan akan aku nyanyikan semua lagu The Boys dan lagu
kenanganku dengan Gyna menggunakan gitar akustik pemberiannya. YA! Aku akan
melakukan itu untuk menghilangkan rasa rinduku.
(Georgyna P.O.V)
Apakah The Boys sudah selesai dengan tournya? Benarkah itu?
Niall.. apakah kau masih ingat padaku? Aku merindukanmu Niall, sungguh. Kataku
dalam hati seraya menangis di pinggir kolam renang belakang rumahku. Hatiku
semakin tersayat saat aku melihat foto kenanganku dengan Niall. Aku rindu
masa-masa itu. Aku rindu semua hal yang mengenai Niall. Kapan kau datang Niall?
“Gyna?” suara lembut memanggilku dari belakang.
“Iya bu?” jawabku seraya mengusap air mata.
“Kau sudah minum obat? Kenapa kau disini? Disini dingin,
Gyna”
“Ehm.. masih perlukah minum obat bu?”
“Iya Gyna. Apa kau tak ingin sembuh?”
“Ibu tak ingat apa kata dokter sebulan lalu?”
Ibu terdiam
“Ibu tak ingat bahwa dokter telah memvonis umurku tak akan
lama lagi? Ibu tak ingat huh?!” kataku seraya menangis tersedu-sedu.
Ya Tuhan
maafkanlah aku yang telah membentak Ibu. Air bening ini semakin deras menetes
ketika Ibu mendekapku erat dan hangat. Air mata ibu juga menetes membasahi
rambut coklat panjangku ini.
“Ibu ingat sayang, tapi setidaknya ada obat penawar itu. Ibu
mohon minum obat dulu ya” bujuk Ibu.
Aku menghentikan tangisan ini
“Baiklah” kataku seraya segukan.
“Baiklah” kataku seraya segukan.
Ya Tuhan, jika kau ingin mengambil nyawaku sekarang aku
siap. Tapi aku ingin Niall tabah akan hal yang akan ia lihat nanti. Maafkan aku
Niall, mungkin aku tak bisa menemanimu pada saat kau pulang dari tour. Tapi
semoga itu tidak terjadi, aku ingin menemuimu. Aku sangat merindukanmu Niall,
sungguh aku tidak berbohong. Aku telah menderita penyakit yang menyerangku secara
cepat. Mungkin kanker atau apa, aku tak mengerti dan aku tak mau mengerti akan
hal itu. Aku sangat menderita, aku frustasi. Aku selalu menangis dan menjerit
seperti orang bodoh yang kehilangan akal. Aku terus masuk keluar rumah sakit,
kemoterapi dan berbagai macam pengobatan lainnya, tapi tak juga membuahkan
hasil. Saat aku mendengar keuangan orang tuaku menipis gara-gara kemoterapi
yang kujalani, aku berbicara pada mereka untuk menyetop semuanya.
Aku sudah
pasti akan meninggal, tak ada harapan lagi. Sudah cukup penderitaan yang
kujalani selama pengobatan menyakitkan itu, itu sangat sangat membuatku
frustasi berkepanjangan. Dan akhirnya mereka menyetujui permintaanku itu
setelah aku bermohon-mohon pada mereka. Aku selalu bilang baik-baik saja jika
ditanya kabar oleh Niall, aku tak mau mengganggu pikiran Niall jika ia tau aku
sakit parah. Aku tak mau Niall ikut-ikutan frustasi dengan penyakit freakku
ini. Niall tetap harus mengejar mimpinya. Aku tak boleh menjadi dinding
penghalang untuk semua mimpi-mimpinya.
Aku berjalan perlahan menuju kamarku yang berada di lantai
atas. Dinding kamarku di penuhi dengan foto-fotoku dengan Niall atau pun The
Boys, bisa di bilang aku adalah perempuan biasa yang sangat beruntung di dunia
karena bisa bersahabat dengan The Boys. Aku berniat untuk mengambil jaket tipis
berwarna coklat dari dalam almari. Saat aku memakainya, aku melihat lenganku.
Oh, gelang ini. Gelang dari Niall. Kau tahu Niall, aku selalu menjaga gelang
ini secara baik-baik. Aku tak mau pemberian berhargamu ini rusak atau hilang.
Pernah saat itu, gelang ini hilang di mobil setelah aku dan Ibu berbelanja. Aku
sudah mencari ke seluruh pojok-pojok permukaan mobil, tapi tak ketemu juga. Aku
menangis saat itu juga, aku tak henti-hentinya menangis, menangis karena 3 buah
gelang. Tapi ibu menyelamatkanku. Ia menemukan ketiga gelang itu di kantung plastik
belanja. Oh gosshh! Gelang itu ternyata terlepas di dalam kantung plastik saat
aku mengambil sesuatu. Saat itu memang gelang itu kendur, jadi gampang
terlepas. Mulai saat itu aku berhati-hati untuk menjaga gelang ini.
Aku menuju taman yang seperti bukit itu setelah berpamitan
dengan ibu. Walopun masih pagi, atau pagi menjelang siang, tempat itu masih
terasa sejuk atau nyaman. Aku merindukan tempat itu.
aku berdiri sebentar di pucuk bukit, melihat sungai yang jernih di bawah. Lalu aku duduk di bawah pohon oak yang rindang. Aku raba batang kayu itu, ada tulisan N & G forever :D yand di ukir menggunakan pisau. air mataku kembali berlinang, mengalir deras membasahi pipiku. Sebelumnya aku sudah membuatkan ini untuk Niall. Sebuah sweater biru muda hangat yang terbuat dari woll terbaik. Aku membuat ini sendiri. Dan aku juga membuat sebuah buku album lumayan besar yang berisi foto-fotoku dan Niall dengan p.s di belakang album itu. Aku juga memberinya sebuah VCD. VCD itu isinya, aku sedang menceritakan bagaimana penderitaanku selama ini, tapi pada bagian terakhirnya aku memberitahu bahwa ada sisi yang bisa membuat aku sangat bahagia. Semuanya ku letakan di kotak besar berwarna biru langit cerah bercampur biru langit luar angkasa. Aku kembali ke rumah, karena aku hanya berpamitan untuk pergi sebentar.
aku berdiri sebentar di pucuk bukit, melihat sungai yang jernih di bawah. Lalu aku duduk di bawah pohon oak yang rindang. Aku raba batang kayu itu, ada tulisan N & G forever :D yand di ukir menggunakan pisau. air mataku kembali berlinang, mengalir deras membasahi pipiku. Sebelumnya aku sudah membuatkan ini untuk Niall. Sebuah sweater biru muda hangat yang terbuat dari woll terbaik. Aku membuat ini sendiri. Dan aku juga membuat sebuah buku album lumayan besar yang berisi foto-fotoku dan Niall dengan p.s di belakang album itu. Aku juga memberinya sebuah VCD. VCD itu isinya, aku sedang menceritakan bagaimana penderitaanku selama ini, tapi pada bagian terakhirnya aku memberitahu bahwa ada sisi yang bisa membuat aku sangat bahagia. Semuanya ku letakan di kotak besar berwarna biru langit cerah bercampur biru langit luar angkasa. Aku kembali ke rumah, karena aku hanya berpamitan untuk pergi sebentar.
To Be Continue... :)
nyesss senyam senyum mulu gue haha
BalasHapuslha senyum kenapah? haha
BalasHapus