Kamis, 23 Agustus 2012

Lightning (kw) absurd-,-

Heyaaa! Saya kembali lagii :D gue mau ngepublish foto-foto absurd yang gue ambil di jalan tol. Pas itu, gue baru pulang dari Sragen, untuk akses cepat menuju Semarang, gue beserta keluarga memilih untuk melewati jalan tol, kalo lewat kota pasti macet-_- Nah karena dari dulu sampe sekarang gue gatau caranya ngasih efek lightning di hasil ediitan gue, jadinya gue bikin-bikin lightning kw. Hasilnya gajauh beda, menurut gue sih._. Absurd beudth deh. Okey, cekidot->

Gatau nih kenapa bentuknya kayak huruf arab._.

Cahayanya itu dari mobil lagi jalan.

Gatau deh bentuknya apaan.

bentuknya kayak huruf arab juga nih._.



Yg putih kayak bayangan itu bukan setan lohya._. tp truck

Gatau kok bisa bentuknya centang-centang-,-



Ini bentuknya kayak bebek

Nah, kalo yg ini aku ambil pas mau keluar dari Istana Boneka :)






Okesip, segitu aja foto-foto absurdnya, jangan kebanyakan liat yg absurd-absurd entar jadi absurd sendiri *ketawagaring* . See you later! :* Keep calm and stay classy<3

Suami gue._. *ditabokEnchancers


Yeay yeay! Saya kembaliii :D . Gue mau ngepublish videonya Greyson lagi nyanyiin Sunshine and City Lights! Huahh.. suami gue ganteengg abiss, suaranya beehhh bikin gue terharu :') Ini lagu barunya Abang kecee :) Pertama kali gue liat nih video dan ngedengerin suaranya, gue sampe nitikin air mata! Terharu pemirsaahh. Okey, dari pada banyak bacot. Let see it!<3


Ini abangnya doang, gapake lirik :)



Yang ini pake lirik :)

Yaudah deh, silahkan karokeaannn! Keep calm and be Enchancer! <3 see youu:*

Minggu, 05 Agustus 2012

Mysterious Jungle (My first fantasi story)


Hutan. Kalian pasti tau dong apa yang namanya Hutan? Hutan adalah sekumpulan pohon-pohon besar yang sebagian besar mempunyai daun sangat lebat, dan mungkin ada beberapa hutan yang susah untuk di tembus matahari di karenakan daun-daun disana sangat lebat. Yah, aku dan teman-temanku akan berkunjung di sebuah hutan. Semua berawal dari sini

Aku sedang di rumah sendirian, merenung apa yang akan ku lakukan pada sore hari ini. Sudah ku pikirkan semuanya, tapi tetap saja tidak ada satu pun ide keluar untuk membantuku menerobos dari kebosanan ini. Aku tidur-tiduran di kasur empukku, menatap langit-langit kamar yang di cat berwarna langit angkasa. Aku suka luar angkasa. Terutama warna pada langit-langit tersebut. Langit-langit yang selalu di penuhi oleh beribu-ribu bintang gemerlap dan banyak sekali benda-benda asing disana. Kemudian, ada suara ketukan pintu. 2 kali terdengar suara itu. Perlahan aku keluar dari kamarku, menuruni tangga yang terbuat dari kayu sehingga menghasilkan bunyi bising khas kayu lapuk. Sunyi sekali. Pintu pun kembali di ketuk. Hey, kenapa aku misterius sekali? Tidak tidak, ini hanya orang mengetuk pintu. Mungkin tukang pos yang mengirim surat tagihan dari bank untuk ayah dan ibu. Atau seseorang yang memang ingin membuatku terkena serangan jantung. Akhirnya, dengan keberanian yang sebelumnya aku kumpulkan, aku pun membuka pintu. Nobody’s here. Aku melihat kanan dan kiriku. No one. Saat aku akan menutup kembali pintunya, beberapa anak mengurungkan niatku untuk menutup pintu.

“Kerin!” sorak salah satu anak.

Aku mendelik “Jake?” pekikku. Dia, Jake. Salah satu sahabat laki-laki ku.

Ia tampak ketakutan, dan semua anak yang di belakangnya pun sama, semua anak itu adalah sahabat karibku.

“Bolehkah kami masuk?” kata Viona.

Aku pun mempersilahkan mereka masuk dan duduk di sofa ruang tamu. Mereka melihat sekeliling ruang, memperhatikan setiap benda-benda di ruang ini. Mungkin mereka memastikan tidak ada orang selain aku dan mereka.

“Aku sendirian, ada apa?” kataku menebak pikiran mereka.

“Begini, apakah kau sudah terima surat dari bapak kepala sekolah?” tanya Alexa.

Sahabat-sahabatku ada 5, mereka ialah Jake, Viona, Alexa, Louis, dan Peter. Mereka semua sahabat paling baik dan selalu setia. Mereka tak mau jika salah satu di antara kami ada yang terpisah atau tidak ikut berpetualang. Yap! Kami suka sekali berpetualang, sudah beberapa rintangan berat yang kita hadapi saat berpetualang, dan kami pun sehat selamat sentosa. Walaupun kami masih berumur 14 tahun tapi kami sudah melewati beberapa rintangan yang bagi kalian cukup berat.

Aku mengernyitkan alis “Surat apa? Dari pagi sampai sore ini aku tak menerima apa pun dari luar”

“Benarkah? Nyonya Bill tidak mengirimkan surat untukmu?” tanya Louis.

Aku menggeleng “Kalian mendapatkan itu?”

Mereka semua mengangguk

“Aneh, kenapa aku tidak?” ucapku heran.

“Coba kita lihat di kotak pos, mungkin saja tukang pos menaruhnya disitu” kata Jake.

Kami semua pun melangkah menuju halaman depan, lebih tepatnya tempat kotak pos itu berdiri. Dan benar, ada sebuah surat beramplop putih tergeletak disitu.

‘Kepada Kerin McMaurince di tempat.
Saya selaku wakil kepala sekolah International High School atas suruhan Kepala Sekolah memberitahukan bahwa anda Kerin McMaurince saya masukan ke dalam kelompok petualang angkatan 2012, beserta sahabat-sahabat anda Jake, Viona, Louis, Alexa, dan Peter. Saya akan memberitahukan tujuan saya memasukan kalian semua ke dalam kelompok petualang pada esok sore pukul 3. Saya ada di kantor kepala sekolah. Terima kasih atas perhatiannya. Di mohon untuk datang secara lengkap dan tepat waktu.’

Kami semua saling berpandangan. Apa maksudnya Nyonya Bill memasukanku ke dalam kelompok itu? Aku dengar bahwa kelompok petualang itu nantinya akan di kirim ke salah satu hutan di luar daerah kami. Pernah dulu, kelompok petualang angkatan 2009 berhasil melalui rintangan itu, tetapi ada beberapa yang luka berat, dan ada yang nyaris mati, tapi sekarang sudah selamat dan lulus dengan hasil yang cukup. Aku tak pernah tau seberapa beratkah rintangan-rintangan sehingga bisa menghasilkan beberapa murid luka-luka dan hampir mati. Semua murid yang pernah masuk ke dalam kelompok itu, tak pernah memberitahu rintangan apakah itu. Mereka semua berusaha untuk diam dan tak mau membahas semua itu lagi. Seakan akan mereka telah bertemu mara bahaya yang sangat mengancam keselamatan jiwa. Tapi semua itu tidak dilakukan secara sia-sia, setelah mereka berhasil melalui itu, mereka akan mendapatkan piagam, uang, dan sertifikat. Katanya sih sertifikat dan piagam itu bisa menolong saat kita akan masuk ke sekolah yang baru, dan pasti akan lolos seleksi jika kita mempunyai itu semua. Tapi bagaimana dengan yang tidak berhasil melalui rintangan itu? Mereka tetap akan mendapatkan piagam dan sertifikat kerena mereka telah berusaha sekuat tenaga mereka dan sampai-sampai nyawa mereka yang jadi taruhan. Katanya juga sih, mereka di sana untuk menyelamatkan seseorang yang terjebak di suatu waktu yang berbeda dengan waktu kita. Dan mengambil beberapa perkamen yang sebelumnya sudah di siapkan terlebih dahulu.

Kami kembali masuk ke dalam ruang tamu

“Okay, ini sangat sangat menegangkan. Aku tak pernah tau apa yang ada di dalam waktu itu. Aku tak pernah tau apa isi dari perkamen-perkamen ‘berharga’ itu. Yang jelas, kenapa harus kita yang dipilih?” kataku sedikit canggung.

“Daaann... Orang tua kita pasti tidak akan setuju jika kita bermain di dimensi waktu yang berbeda. Apalagi mengingat bagaimana keadaan kakak kelas kita dulu yang pernah masuk ke dalam waktu itu” Kata Peter.

Kami semua diam, memikirkan apa yang akan di omongkan oleh orang tua kami masing-masing, dan memikirkan bagaimana nasib kita kelak. Memang sih kami di sebut anak petualang dan kami punya jiwa petualang, tapi apakah kita harus melakukan itu? Ini baru yang namanya petualangan sungguhan. Aku pernah memimpikan ini sebelumnya, berharap semua yang ada di mimpiku itu benar, dan sekarang memang menjadi kenyataan.

“So bagaimana?” tanya Alexa.

“Bagaimana apanya?” tanya balik Peter, sewot.

“Ya bagaimana? Kita setuju atau tidak dengan semua ini?”

“Kita harus setuju, karena aku pernah dengar, siapa pun yang terpilih menjadi anggota kelompok petualang, tidak bisa mengundurkan diri. Ini sudah keputusan yang sangat bulat. Nyonya Bill, Tuan Rover –Kepala Sekolah- memang sudah memprediksikan kita sebagai the next Indonesian Idol, eh bukan maksudnya the next ‘Kelompok Petualang’” kata Jake serius.

Sebelumnya aku tak pernah tau, maksud tujuan sekolah mengadakan acara macam ini. Tapi yang perlu aku tau adalah dimensi waktu itu ternyata ada, bukan hanya hayalan semata. Tapi.. Aku belum tau pasti kebenaran itu.

Terdengar suara mobil terpakir di halam depan rumahku. Pasti ayah dan ibu sudah pulang dari bekerja.

“Hey hoo little gir....” ayah langsung menghentikan kebiasaannya berteriak setelah pulang dari bekerja atau sebagianya, tentunya pergi tanpa aku. Ayah dan Ibu sering berteriak seperti itu untuk menandakan mereka 
benar-benar sudah pulang.

“Oh hi guys!” pekik ayah. Yah, ayahku senang bergurau dan sedikit gaul.

“Ada acara apa ini?” tanya Ibu.

“ehm... Tidak ada apa-apa, bu. Kami hanya....” jawabku terputus-putus.

“...Kami hanya mengobrol ringan dan sedikit bergurau” sambung Peter. Dan kami semua nyengir untuk menandakan kami sedang tidak berbohong, tapi pada kenyataannya kami semua berbohong.

“Baiklah Ibu akan membuatkan teh hangat untuk kalian”kata ibu dengan senyum manisnya.

“Oh tidak perlu repot-repot Nyonya Ricardson, kami akan pulang, hari sudah mulai petang. Kami takut orang tua kami khawatir.” Kata Viona sopan dengan senyuman khasnya.

“Oh baiklah. Apa kalian tidak ingin Tuan Ricardson mengantar kalian sampai rumah?”

“Tidak perlu, Nyonya. Terima kasih, anda baik sekali, tapi kami bisa pulang sendiri. Kami akan pulang bersama-sama dan menjaga satu sama lain. Terima kasih banyak, kami pamit dulu. Selamat sore” kata Alexa sopan.

“Bye, Kerin! Sampai jumpa.” sorak sahabat-sahabatku.

“Byeee! Hati-hati!”
******
Hari ini. Hari dimana Nyonya Bill dan Tuan Rover akan menjelaskan maksud dari ini semua. Sejujurnya, aku tak memberitahu tentang ini kepada orang tuaku. Aku terlalu takut untuk mengatakannya. Aku tak bisa membayangkan ekspresi ayah saat mendengar penjelasanku tentang rencana ini.
Aku dan sahabat-sahabatku sudah berkumpul di depan kantor kepala sekolah. Kami semua deg-degan, kami takut akan terjadi apa-apa nantinya. Kami duduk di balkon dekat dengan kantor kepala sekolah, melihat taman yang elok di depan mata. Tapi kami tak bisa melihat dan merasakan keindahan itu, kami terlalu bingung untuk memikirkan hal lain selain Kelompok Petualang. Beberapa saat kemudian, pintu kantor pun di buka. Kami semua langsung berdiri menunggu seseorang keluar.

“Come in” kata Nyonya Bill mempersilahkan masuk.
Saat pertama masuk, udara dingin dari AC langsung membuatku tambah menggigil, sebelumnya aku memang agak menggigil karena aku terlalu takut. Ah pecundang sekali aku! Aku kan seorang petualang, kenapa aku harus takut? Aku melihat muka teman-temanku, dari tampang mereka semua biasa-biasa saja, tapi kalau hati aku tidak tahu. Kami di persilahkan duduk di sofa panjang yang menghadap kursi kepala sekolah, dan di situlah Tuan Rover duduk.

“Selamat sore, anak-anak” sapanya ramah.

“Sore, Tuan Rover” sapa kami serempak dengan sopan, tentunya.

“Okey, to the point saja. Kalian sudah terpilih menjadi anggota Kelompok Petualang. Dan kalian tidak bisa mengundurkan diri. Sudah beberapa tahun yang lalu, pemerintah pusat memberikan tantangan untuk sekolah kita, bukan hanya sekolah kita, tapi beberapa sekolah terkenal lainnya di daerah ini. Tantangan yang sebelumnya tidak saya setujui, karena mengingat rintangan yang akan di hadapi sungguh berat, saya jadi khawatir akan keselamatan jiwa murid-murid saya, tapi dengan alasan lain saya menyetujuinya, secara terpaksa, dan rintangan itu akan terus berlanjut sebelum salah satu kelompok yang dipilih menemukan seseorang di dalam sana. Yah, jadi selama 4 tahun ini belum ada yang menemukan seseorang itu siapa dan bagaimana rupanya” jelas Tuan Rover dengan mimik wajah sedikit khawatir.

Kami semua hanya mengangguk pelan dan menelan ludah.

“Kami semua berharap kalian-lah kelompok terakhir yang akan menemukan seseorang itu. Anggota sekolah lainnya sangat khawatir jika ini terus berlanjut, akan semakin banyak korban berjatuhan jika ini tidak di hentikan. Jadi, sekolah menaruh harapan besar pada kalian semua” sambung Tuan Rover seraya mendekati kami.

“Akan kami usahakan, Tuan Rover. Tapi, kapan kita akan memulainya?” kataku sopan.
Kini gantian Nyonya Bill yang angkat bicara,

“4 hari lagi. Sebelumnya, kalian harus meminta ijin kepada orang tua kalian masing-masing. Sekolah akan memberikan sebuah surat untuk menyatakan persetujuan dari orang tua kalian. Dan jika, ada salah satu orang tua dari kalian yang tidak setuju bisa konsultasi dengan Nyonya Bill atau Tuan Rover, kapan saja sebelum hari itu tiba. Dan di surat itu ada beberapa perlengkapan yang harus kalian bawa.” kata Nyonya Bill panjang menjelaskan.

Kemudian, Ia membagi 5 surat berwarna putih yang di pojok kanan atas terdapat stempel khas dari sekolah kami.

“Baiklah, kalian bisa pulang sekarang” kata Nyonya Bill.

“Baik, Nyonya” jawab kami serempak.

“Ehh.. Tuan Rover?” ucapku sebelum keluar dari ruangan.

“Ada apa, Kerin?”

“Apakah saya bisa tahu, dimana hutan yang akan kami jelajahi?”

“Nanti kalian akan tahu sendiri, yang intinya bukan di dimensi waktu kita” kata Tuan Rover seraya tersenyum.

“Dimensi waktu? Itu benar-benar ada, Tuan?”
Tuan Rover hanya tersenyum, lalu melepas kaca matanya dan membelakangiku.
---

“Fyuhh. Apakah kita bisa mendapatkan ijin dari orang tua kita masing-masing?” kata Jake lemas.

“Kita harus mencoba dan meyakinkan orang tua kita.” jawab Alexa.

“Aku tidak begitu yakin.” kata Viona lemas.

“Heeyy! Kenapa pada lemas begitu sih? Ayoo semangat para petualang! Kita harusnya senang bisa mendapatkan rintangan baru. Ingat kawan, kita mempunyai jiwa petualang!” kompor Louis.

Wajah kami langsung sumringah dan menampakan jika kami memang bisa melakukan semua ini.
Aku melirik teman-teman yang berada di sampingku, semuanya mengobrol sendiri kecuali Peter. Ia melihatku terus dari tadi. Ugghhh! Jangan sampai kami cinlok. Bisa-bisa persahabatan kami runtuh akibat sebuah kata “Cinta” yang muncul secara tiba-tiba di antara aku dan Peter. Tapi beneran deh, Peter melihatku terus. Hey! Kenapa aku jadi salting begini? Tidak tidak, tidak boleh! Ehm.. mungkin dia melihat ke arah kananku ya, siapa tau ada seseorang yg membuatnya penasaran. Aku melihat ke samping kananku, tidak ada siapa-siapa yang ada hanya sebuah taman, dan taman itu sepi sekali, yah ini hari minggu, anak sekolah tidak berangkat pada hari minggu kan? Memang sih, Peter adalah sahabat laki-laki yang dewasa, bertanggung jawab, cerdas, lumayan tampan, dan manis. Tapi aku tidak boleh sampai “jatuh cinta” dengan Peter. Ah sudahlah.
****
Makan Malam-

Menu makan malam hari ini adalah sup octopus atau sup gurita dengan ayam mentega. Hummm yummy :9

Seperti makan malam sebelum-sebelumnya, ayah pasti membuat kami tertawa terbahak-bahak oleh leluconnya. Dan sedikit menceritakan bagaimana kejadian-kejadian lucu saat di luar rumah. Sebenarnya, saat inilah yang akan ku jadikan untuk mengatakan tentang Kelompok Petualang, tapi aku takut untuk membuat malam indah ini menjadi malam yang menyusahkanku untuk tidur. Tapi aku harus mengatakan secepatnya.

“APAA?” sorak ayah histeris setelah aku memberitahukan bahwa aku terpilih menjadi anggota Kelompok Petualang. Ehm.. sudah ku bilangkan, ayahku sedikit gaul dan gaulnya mengarah ke alay hehe, tidak alay juga, ayahku seorang pekerja yang disiplin, dan bertanggung jawab.

Aku hanya nyengir takut

“Tidak tidak, ibu tidak mengijinkan. Kau tahu kan jika ‘permainan’ itu mengancam keselamatan nyawamu. Apa-apaan ini, tidak masuk akal” kata Ibu, sewot.

“Tapi bu.. Kata Tuan Rover kami lah harapan satu-satunya untuk menyelamatkan seseorang di dimensi itu. Kami sudah memegang amanat, Ibuu. Ijinkanlah, kami tidak bisa mundur” pintaku memelas.

“Ijinkanlah, Rose.” Kata ayah tiba-tiba.
Aku dan ibu melihat ayah dengan heran, tapi wajah ibu menandakan ‘apa-apaan ayah ini?!’

“Begini, aku mendapatkan surat dari sekolah. Tunggu sebentar” lalu aku berlari menaiki tangga dan menuju kamarku.

Beberapa detik kemudian aku turun dengan membawa sebuah surat dan ku serahkan pada ibu dan ayah.

Aku menunggu ibu dan ayah selesai membaca.

“Baiklah, ibu ijinkan. Tapi ibu mohon, jaga dirimu baik-baik, ibu tak mau kau kenapa-kenapa, Kerin.” Pinta ibu.

“Baiklah, ayah juga akan mengijinkan. Tapi ingat, jaga baik-baik keselamatanmu, Kerin. Kalian semua harus saling manjaga, jangan egois. Ayah tidak suka, kalau kamu egois, mengerti?” ucap ayah tegas.

“Mengerti ayah. Terima kasih” kataku.

“Saatnya kau tidur, sebelum tidur sikat gigi dulu dan cuci muka jangan lupa berdoa” kata Ibu dengan senyumannya.
****
Sehari sebelum hari H itu tiba, aku dan kawan-kawanku berkumpul di base camp. Haha.. anak petualang harus mempunyai base camp dong.

“Sudah mendapatkan ijin kan?” tanyaku ke teman-teman.

“Yah, syukurlah” kata Viona.

Semua mengangguk pasti.

“Okay, hari ini kita ke minimarket. Membeli perlengkapan ini.” Kata Louis.

“Ha? Minimarket? Kau kira kita bisa mendapatkan tali tambang, pemukul basbol, dan penyimpan sinar matahari di minimarket? Hah” kata Peter melecehkan.

“Maksudku bukan perlengkapan ini, tapi perlengkapan untuk berjaga-jaga jika perut mulai bergoyang” kata Louis.

Aku baru sadar jika Peter barusan ngomong ‘Penyimpan Sinar Matahari’. Apa itu? Aku tak tau ada itu.

“Penyimpan sinar matahari?” tanyaku heran.

“Ya, aneh ‘kan? Aku tak habis pikir sekolah kita bisa menerima ‘permainan’ ini. Penyimpan sinar matahari? Apa ituuu? Mana ada supermarket yang jualan benda seperti itu.” kata Peter, sewot.

Semua diam. Memikirkan apa itu ‘Penyimpan Sinar Matahari’ ? Ughh!

“Okay, sekarang saatnya mencari perlengkapan itu, kawan!” kata Jake. Kami semua meninggalkan base camp. Mencari perlengkapan-perlengkapan itu, tapi kami tidak mencari ‘Penyimpan Sinar Matahari’.

To Be Contine:)

Rabu, 01 Agustus 2012

Judulnya bingung-_-

Hi Denti's here! :) Kali ini gue mau curhat dikit, gue mau berkeluh kesah dengan nasib gue besok, yah kalo bahasa inggrisnya sih future. Saat ini gue masih bingung mau jadi apa besok, cita-cita gue belum keatur. Ini masalah yang harus gue atur, soalnya 4 tahun lagi gue mau kuliaaahhh! 4 tahun itu engga lama loh pemirsah. Gue masih bingung sama pelajaran kelas 9 yang bikin kepala nyut-nyutan-_- jadi beelum kepikiran masa depan gue kayak apa. Gue pernah tanya sama nyokap, kalo gue bingung mau jadi apa gue nantinya. Nyokap  malah balik tanya "hobi kamu apa dulu?". Gue sambil berpikir, hobi gue ituu.... foto-foto! Dan gue pernah punya impian mau jadi photographer profesional, tapi nyokap gue jawab (hebat banget yak nyokap gue bisa baca pikiran) "Jangan jadi fotografer, bayarannya engga maksimal". Apa iya? Oke, gue turutin karena itu masuk akal. trus gue berpikir lagi, hobi gue yang satunya adalaaahhh.... nulis cerita. tapi itu kadang-kadang bikin ceritanya kalo lagi ada inspirasi. Oiya gue dalam proses bikin cerita fantasi loh! *kesempatanpamer* tapi lagi-lagi otak ngestuck-_- jadinya engga jalan-jalan tuh cerita. Ehm.. gue bosen bikin cerita yang dari dulu cinta-cintaan, gue mau kayak Raditya Dika. Tapi gue gak banyak experience-_-. Dan nyokap gue menjawab "Jangan jadi penulis, penulis itu cuma untuk sampingan aja jangan di jadiin sebagai pekerjaan pokok". Iya juga sih, gue juga takut kalo nantinya gue nulis trus engga ngebooming, yang ada mah gue jadi kere, gara-gara harus bayar editornya. Itu juga salah satu resiko jadi penulis, yang jadi penulis keep spirit yak!._. (ngomongsendiri). Trus, gue inget-inget lagi. Dulu, gue pernah bercita-cita menjadi arsitek. Tapi lagi-lagi gue di larang, bukan sama nyokap gue tapi sama guru les gue. Dia bilang "Ah masak mau jadi arsitek sih? Masak arsitek cewek? Mending engga usah.". Bener juga, nyokap gue juga bilang kalo gue jangan jadi arsitek. Tapii arsitek kan bayarannya banyak, sekali gambar langsung dapet uang, yah tapi engga segitu gampangnya ngomong hehe:p.

Jadi guru? emm engga deh terima kasih, gue paling males kalo ketemu sama anak-anak yang susah diajarin dan males bikin rincian nilai.
Jadi pegawai bank? Kayaknya engga juga deh, gue sampe sekarang belum mahir matematika.
Jadi dokter? Huft sekolahnya kelamaan, tapi ada yg bilang kejarlah ilmu setinggi-tingginya. Tapi ya sudahlah u,u
Jadi polwan? Gak ada bakat jadi polisi, di keluarga besar gue gaada yang jadi polisi.
Jadi ilmuan? Haa? :O susah ngapalin nama-nama latin dan tetek bengeknya._.v

Perasaan gue milih-milih dan aneh ya.. Pasti orang-orang pada mikir "Kalo gamau kerja, mati aja sono." iya gue juga bertanggapan seperti itu.
Udah ah, itu masalah nanti. Ikutin alur kehidupan aja dulu *ciee*. Yang penting, gue fokus dulu sama kelas 9, dan semoga gue lulus UN 2013 amiinn O:) .
Byeee, see you later! (ngomongsendiri) *bantinglaptop*