Minggu, 27 Mei 2012

My Last Time | Fiction | Just For Fun


                Saat ini aku tersadar bahwa setiap detik di dunia ini adalah berharga, amatlah berharga. Aku iri dengan teman-temanku yang bisa menghabiskan waktu sesuka mereka. Sedangkan aku? Aku hanya bisa menghabiskan uang orangtuaku hanya untuk pengobatan yang kurasa tidak ada gunanya. Yah, sudahlah. Aku terima takdirku.

                Aku membuka lembaran terakhir di album foto yang sedang ku pangku. Salah satu foto itu, ada foto kami. Ya, aku, Cody, Sherly dan teman-teman yang lain. Kami sedang berpesta di rumah Cody. Ngomong-ngomong tentang Cody, ia adalah kekasihku yang amat kucintai. Meskipun ia bukan yang pertama, tapi aku akan berusaha menjadikannya sebagai yang terakhir :) . Beralih ke album, oiya album ini sangat lengkap merekam semua kejadian-kejadian istimewa yang berkaitan denganku, tak salah jika album ini besar dan berat. Di mulai aku masih kecil, balita, anak-anak, dan remaja. Aku berharap dapat menambah jumlah foto di album kesayanganku itu hingga nenek-nenek, tapi em entahlah.

Terlintas beberapa memori yang keluar dari otakku, dimana saat aku pertama kali bertemu dan kenal dengan Cody.

- Flashback On -
Aku sedang berjalan-jalan sekitar rumahku, sebenarnya tujuanku keluar rumah adalah aku ingin membeli kopi. Toko kopi itu tak jauh dari rumahku, mungkin hanya sekitar 40 meter. Sekitar 5 menit berjalan, aku sudah berada di depan toko kopi yang ku maksud, Starbucks Coffee. Kedai ini sudah lama menjadi langgananku, hampir setiap hari sabtu aku membeli kopi disini. Saking seringnya, pemilik dan pelayan di sini, jadi hafal denganku dan pesananku.

"Bonjour Sherine," sapa Natalie --casier-- yang berdiri di belakang kasir tentu saja dengan senyuman.

"Bonjour Natalie. Seperti biasa ya" jawabku dengan ramah dan senyum.

"Here you are Sherine. Aku sudah menyiapkan pesananmu saat aku lihat kau berjalan mendekati kedai kami." katanya.

"Wow, terima kasih Natalie. Kau sangat baik. Ini uangnya. Sampai jumpa" aku langsung berbalik membelakangi Natalie. Saat berjalan menuju pintu keluar, seseorang menabrakku dan menumpahkan minumannya di T-Shirtku. Sontak aku langsung memakinya

"Oh sh*t! You can't see huh? Hey, open your glasess!" gertakku garang. 

Ini benar-benar menjijikan, entah jenis apa minuman yang ia tumpahkan di T-Shirtku. Seperti berlendir, berwarna coklat, lengket. Apa sih yang ia minum? Menjijikan!

Ia membuka kacamatanya "Ups sorry nona" lalu ia pergi begitu saja dan aw!

"hey terima kasih atas injakan kakimu!!" aku sempat melihat ia menoleh kepadaku tapi aku keburu menjauh darinya. Aku risih orang-orang di cafe melihatku dengan tampang keheranan, aku langsung pergi saja.

*****

Keesokan harinya, Ibuku menyuruhku pergi ke tempat bibiku. Katanya, aku harus mengambil pakaian-pakaianku, Ibu dan Ayah yang sudah di loundry. Okey, aku bersedia. Maka aku langsung berjalan menuju toko bibiku yang tidak terlalu jauh. Sampai disana, aku di buat syok olehnya. Pakaian-pakaian itu sangatlah banyak. Kalau tau begini, aku bawa mobil saja ya, kukira hanya beberapa potong baju-_- 

"Bibi, kau yakin aku harus membawa baju-baju ini sendirian dan dengan tangan kosong?" tanyaku ragu.

Bibi menghela napas "Ya, bagaimana lagi. Pegawai Bibi sedang cuti semua dan disini tidak ada mobil. Maafkan aku Sherine, kau harus. Sebentar lagi, pakaian-pakaian itu akan di gunakan oleh Ayahmu." katanya cukup panjang.

Aku mendesah pelan, aku tidak yakin. Aku pasti akan dikira sebagai anak pembantu yang mengambil pakaian-pakaian majikannya. Sudahlah.

"Baik, aku pulang dulu bi, bye" pamitku melas.

"hati-hati Sherine!" teriaknya saat aku sudah berada di luar toko.

Oh ya Tuhan, aku tak bisa melihat apa-apa di depan. Baju-baju ini menghalangi pandanganku. Mau tak mau, aku harus mengintip dari samping untuk bisa melihat apa yang terjadi di depanku. Ku intip jalan di depan, kupastikan tidak ada apa-apa di depan. Aku hanya ingin menegakkan leherku yang sedari tadi melihat kesamping. Tiba-tiba...

Semua baju yang kubawa jatuh berserakan. Dan yang lebih parah, orang yang menabrakku tadi menumpahkan minumannya di beberapa bajuku, Ibu dan Ayah. Aku pun terjatuh ke belakang, itu memalukan! Aku berdiri dan coba kau tebak siapa yang menabrakku?

“Kau?!” pekikku.

“Hey Mrs. Coffee!” soraknya gembira. Ada apa dengan anak ini? Dasar bodoh!

“Stupid! Look, kau mengotori beberapa baju milik ibu dan ayahku, hey bajuku juga! Kau harus mencucinya!”

“Aku tak bisa mencuci,” katanya santai
“Tapi aku bisa menggantinya.” Sambungnya.

“Terserah apa yang akan kau lakukan! Yang penting kau harus bertanggung jawab!!” aku pun membereskan baju-baju kotor ini dan bergegas pergi tanpa pamit. Entah seberapa besar aku menahan malu, wajahku memerah seperti kepiting rebus. Orang-orang melihatku dengan tampang sangat aneh. Aku bisa menebak apa yang ada di pikiran mereka, pasti hey ada apa dengan anak itu? Apakah dia anak pembantu yang mencuri baju majikannya? Atau hanya suatu kecelakaan? Hah! Aku tak peduli!

“Hey siapa namamu?” tanya anak bodoh itu.

Aku tak menggubris pertanyaannya, aku tetap melangkah menahan malu. Beberapa menit kemudian, aku melihat ke belakang, anak bodoh itu sedang berbicara pada seorang laki-laki. Kurasa mereka membicarakanku.

Sampai dirumah, aku mendapatkan omelan dari Ibu. Aku tau Ibu dan Ayah pasti sangat marah akibat baju-bajunya kotor. Ini bukan sepenuhnya salah anak bodoh itu, tapi juga salahku. Aku yang tidak melihat kedepan. Tapi tapi, anak bodoh itu juga salah, kenapa ia sampai tidak tau ada orang di hadapannya. Setelah meminta maaf dan menyesali perbuatanku, aku melangkah lesu ke kamarku yang berada di lantai dua.

Membuka laptop dan membuka jejaring sosial. Tak perlu memasang modem, rumahku sudah ada WiFi nya. Tak lama kemudian, ada chat masuk. Itu Sherly, sahabatku. Kurasa hampir setiap hari ia online.
“Hai Sherine!”

“Hi”

“whats happen?”

“em someone hit me earlier”

“can you tell me why?”

Saat akan menceritakan, Ibu memanggilku, katanya ada yang mencariku, entah siapa. Aku bergegas melangkah ke bawah. Ku buka pintu daaann..
“Ya Tuhan, kenapa kau disini? Dan beraninya kau muncul di hadapanku setelah perbuatanmu tadi” kataku geram. Aku langsung menutup pintu, tetapi dengan sigap ia mencegah. Yap! Orang bodoh itu-_-

“Wait Sherine, aku hanya ingin memberimu ini” ia tersenyum.

Aku memutar bola mata “cepat! Aku tak mau lama-lama menatap wajahmu”

Lalu ia memberikan 3 shopping bag kepadaku “Thanks, and go home. Em wait, what’s your name?”

Ia tersenyum “Cody”

Aku hanya memutar bola mata dan langsung menutup pintu. Kulihat, ia menatap pintu rumahku sekali sebelum ia pergi, daann wajahnya sangat melas.  Kemudian ku beri 2 shopping bag kepada Ibuku.

- Flashback Off-

Aku tersenyum dan tertawa kecil saat mengingat kejadian bodoh itu. Ku tutup album ini, meletakannya di atas meja setelah aku berjalan menjauh dari ayunan yang kududuki tadi. Ehm by the way, tadi aku sedang bersantai menikmati halaman belakang rumahku sambil duduk di ayunan yang terletak di pojok halaman. Hanya sekedar menenangkan pikiran dan yah melupakan sejenak penyakitku.

Aku berjalan menuju tembok yang membatasi ruang santai dan dapur, di atas tembok itu ada sebuah aquarium persegi panjang yang di dalamnya ada sepasang kura-kura. You know? Aku sangat suka kura-kura, begitu pun dengan Cody. Kata bibiku yang menjadi dokter hewan, kura-kura ini memang sepasang, maksudku, ini betina dan jantan. Kura-kura punyaku kuberi nama, Rara dan punya Cody diberi nama Kuku haha. Ada perbedaan diantara mereka. Kalau punyaku, kuberi coretan cat minyak warna merah pada pinggir cangkangnya, kalau Cody tidak. Ia tak mau cangkang milik Kuku rusak haha.. kura-kura ini ku temukan em maksudku kami –aku dan Cody— di pinggir danau saat aku sedang bermain di danau bersamanya. We were exited while found them! J

Aku menjauh dari aquarium, berjalan santai menuju sofa di ruang tengah. Aku duduk terdiam membisu disini, tak terasa air mataku menitik. Entah berapa hari lagi aku akan bertahan, kata dokter umurku tak akan panjang lagi. Perkiraannya umurku hanya tinggal 3 bulan, ia bilang begitu sekitar 2 bulan lebih 3 minggu yang lalu. Haha dan sekarang? Hanya tinggal beberapa hari lagi menuju 3 bulan. Penyakitku sudah kronis, seperti yang kubilang saat awal, pengobatan seperti apapun tak akan berguna, dan anehnya orang tuaku memaksaku untuk berobat. Aku bersikeras tak mau melakukan itu, aku pikir itu hanya untuk membuang semua uang orang tuaku jika pengobatan itu tidak berhasil menyembuhkanku. Aku tak tau dengan penyakitku ini, aku tidak di beritahu penyakit ini selama 3 tahun lamanya. Ya, aku sudah mengidap penyakit ini selama 3 tahun. Aku sempat putus asa, tapi Tuhan memberikanku kekuatan dengan memberikan orang-orang yang amat sayang padaku, orang tua, Sherly dan CodyJ .

Aku bosan disini, di sofa ini. Aku memutuskan untuk ke dapur, mengambil minum. kerongkonganku sangat kering. Saat berjalan, aku merasa seperti di kapal terombang ambing di tengah lautan yang sedang terjadi ombak besar. Merasakan sesuatu keluar dari hidungku, Ya Tuhan.. aku mimisan.

“Sherine?” terdengar ada suara yang memanggilku, berasal dari ruang tamu.

“Oh Tuhan! SHERINE!” aku sempat mendengar sorakan seseorang menyebut namaku sebelum dunia gelap gulita menerkamku.

******
Aku mengerang kesakitan, kepalaku! Ada apa dengan kepalaku? Amat sakit.

“Ouch!” pekikku pelan seraya bangun dari tempat tidur. Hey wait, aku di tempat tidur? Apakah aku pingsan?

“Sherine.. jangan bangun dulu” kata seseorang berada di sampingku dengan lembut, siapa lagi kalau bukan.. Cody.

Aku tersenyum dan merasakan kepalaku agak enakan

“aku tak apa Cody. Don’t worry baby,”
“Oh ya, berapa lama aku pingsan?”

“sekitar 2 jam” katanya lesu sambil menatapku khawatir.

Aku mengangkat dagunya “hey darl, jangan khawatir, aku tak apa Cody sungguh. Aku sudah merasa enakan sekarang. Senyum Cody, ayo senyum”

Ia pun tersenyum

“Ehm, karna aku udah enakkan, bagaimana kalau kita ke pinggir danau? Sudah lama aku tak kesana Cody, aku rindu tempat itu. Boleh ya?” ucapku sedikit memohon.

“Boleh, tapi kamu harus check up dulu ya? Sudah jam 3 nih. Oke?” kata Cody yang juga sedikit memohon.

Aku tersenyum “Iya”

Setelah itu, Cody mengantarku check up. Biasanya, aku pergi dengan Ibu , Cody dan kadang-kadang Sherly, tapi kali ini hanya dengan Cody saja karna Ibuku sedang ada pekerjaan yang harus ia selesaikan dulu dan Sherly sedang ada urusan di luar kota.

@RuangCheckUp

aku menyuruh Cody tunggu di luar saja, aku sengaja menyuruhnya, karna aku takut nanti jika Cody mendengar kata dokter tentang perkembangan penyakitku yang mungkin kian memburuk, ia pasti akan amat sedih.
setelah diperiksa, dokter mempersilahkanku duduk di kursi *yomesti-_-*

“Bagaimana dok?” tanyaku dengan suara bergetar.

“Sherine, apakah kau tidak pernah minum obat?” katanya.

Aku menggeleng takut

“Kenapa? Setelah diperiksa tadi, penyakitmu kian parah Sherine. Itu akan mempercepat kematian”

Aku menggigit bibir bawahku, setelah itu tersenyum

“aku sudah siap dok. Buat apa aku minum obat jika nantinya penyakit ini tidak akan mereda. Dok, jangan bilang ini ke siapa pun termasuk Cody, Ibu dan Sherly. Aku takut dok” mohonku.

Ia menghela napas “akan saya usahakan”

“terima kasih dok” dan aku pun keluar menemui Cody yang sedari tadi menunggu.

“bagaimana?” tanya Cody.

Aku tersenyum “everything is okay” dustaku. Ya Tuhan, maafkanlah aku.

Ia tersenyum lega “and let’s go to the lake!” soraknya sedikit agak lantang. Ia menggenggam erat tanganku menuju tempat parkir.

@Lake

Aku tersenyum lebar melihat keindahan danau ini, sungguh aku rindu tempat ini! Udara sejuk langsung menghampiriku. Aku pun berlari menuju jembatan di pinggir sungai. Jembatan ini tidak menghubungkan tempat satu dengan yang lain, tapi entah apa yang dipikirkan oleh pembuatnya, jembatan ini hanya setengah-_- *ah tau ah apa namanya, bingung gue-_-* aku duduk, dan kakiku menggantung ke bawah tepat di atas air danau. Dan Cody duduk di sebelahku, hey ia membawa gitar!

“I need you boo (lirik lagunya With You – Chris Brown)”. Wow, lagu ini di bikin lagu jazz oleh Cody. Kau bisa membayangkan jika Cody menyanyikan lagu ini dengan genre jazz lalu kau berada di sampingnya, berdua saja di danau yang sepi dan sejuk. Auhor kagak bisa bayangin dah ah xP

“Great Cody!” kuberi sedikit tepuk tangan yang tidak begitu meriah.

Ia mencium rambutku “I love you Sherine”

“I love you more Cody,”
“em, Co, apakah kau tidak bosan denganku? Aku hanya gadis biasa yang penuh dengan penyakit” kataku.

Ia menaruh gitarnya di sampingnya lalu memelukku dari samping
“Hey, kenapa kau berkata seperti itu?”

“Ya, aku kasihan padamu. Kau harus merelakan setengah jam kuliahmu untuk mengurusku selagi Ibu bekerja. Aku takut masa depanmu berantakan hanya karna aku Cody.”

“Sherine, look. Aku ikhlas merelakan setengah jam waktuku untuk kau, dosen-dosen di kampusku tidak merasa keberatan dengan alasanku ini. Mereka tahu kau memang butuh perhatian, dan coba lihat Ibumu? Ibumu bekerja, Sherly? Sekarang dia sibuk, kau sendirian Sherine. Dan aku? Apa gunanya seorang kekasih jika tak memperhatikan kekasihnya? Aku rela Sherine. Ku mohon jangan berkata seperti itu.” Jelasnya seraya menatapku lekat.

Aku menitikan air mata “Aku minta maaf Cody. Dan aku minta maaf karna telah membohongimu tentang kata dokter tadi,”

“Jadi?” tanyanya agak tidak percaya.

“Ya, keadaanku memburuk Cody. Aku tak tau harus berkata apa lagi, aku takut kau sedih. Please forgive me”

Cody masih menatapku lekat “Seharusnya kau tidak berbohong Sherine. But okay,”

“Sudah ya, jangan bersedih lagi. Aku tak mau, aku ingin membuatmu bahagia.” kata Cody.

Aku tersenyum “Yah”

Cody terseyum jahil padaku

“What? Cody? Hey..!” tanyaku.

Cody langsung menggelitikkiku tepat di perut samping. Oh ya Tuhan, dia jahil sekali!

“Coddyyyy! Haha stop it. Ampun Coco” tak terasa air mataku menitik, menitik gara-gara terlalu geli.

“Tidak akan Sherine haha got you!.” Ia menggelitikku lagi. Aku sampai jatuh akibat ingin melepaskan dari pelukannya dan tentu saja dari serangan gelitikannya.

“Ampuuunn Codyy! Sudah cukuupp haha” pekikku.

Ia melepaskan serangannya “Okay, sudah kah seranganku berhasil membuatmu merasa baikkan?”

“Tentu saja” aku menyikut perutnya.

Ia melepaskan pandangannya dariku, melihat sekeliling. Hanya ada pohon-pohon rimbun disini.

“Tunggu ya” kata Cody langsung melangkah masuk ke dalam rimbunan pohon.

“mau kemana?” pertanyaanku tidak di gubris. Aku duduk seperti pertama kali aku datang kesini tadi. Menatap dasar danau yang dingin. Angin sejuk membuatku merinding. Kabut-kabut mulai merendah, hawa dingin menyerangku. Dimana Cody?  Ya Tuhan, kepalaku sakit, melebihi rasa sakit dari yang sebelum-sebelumnya. Badanku menggigil, tubuhku mulai melemah, ya ampun ada apa dengan tangan kananku? Tangan kananku tak bisa di gerakan. Tangan kiriku mengambil sebuah surat beramplop merah dari saku bajuku. Ini untuk Cody.

“Cody.. I love you, we are the match couple..” dunia gelap gulita mendatangiku. Tubuhku tak berdaya disini, badanku memucat, dingin dan tak bernyawa. Surat tadi berada di telapak tangan kiriku saat ini.

(Author P.O.V)
Setelah itu, Cody datang dengan membawa mahkota dari rangkaian tangkai bunga. Dan serangkaian bunga mawar liar yang ia temukan tadi. Tadi, Cody ingin memberi kejutan pada Sherine dengan membuatkan mahkota dari tangkai bunga dan disana ia menemukan mawar liar warna merah, ia teringat bahwa Sherine sangat suka pada mawar merah. Ia akan memberi kejutan dengan cara menaruh mahkota itu diam-diam dari belakang Sherine dan memberinya mawar merah tadi. Tapi ternyata...

“Sherine?” ia terpekik di belakang Sherine. Mahkota dan bunga tadi jatuh dari genggaman tangan Cody. Cody langsung menghampiri Sherine dan memangku kepalanya.

“Sherine, kenapa kau dingin sekali? Sherine? SHERINE! Please wake up for me hunny, please.” kata Cody dengan aliran deras air matanya yang menitik di muka Sherine. Ia mengangkat kepala Sherine dan memeluknya. Ia melihat ada surat beramplop merah di telapak tangan Sherine, ia pun meraihnya.

Dear Cody my beloved boyfriend,

                Saat kau membaca surat ini, aku sudah tidak ada di dunia. Aku terlalu lelah menghadapi semua ini, sebenarnya aku ingin hidup lebih lama lagi bersamamu, tapi takdir berkata lain. Maaf selama ini aku telah mengecewakanmu dan membebanimu dan maaf jika aku tidak bisa membahagiakanmu Coco, aku hanya gadis lemah. Aku hanya bisa memberimu sebuah liontin kura-kura yang dibelakangnya ada sebuah inisial C ^ R . sampaikan salamku untuk Sherly, dia sahabat yang sangat baik, aku tak bisa apa-apa tanpanya, love Sherly. Dan sampaikan juga salamku untuk Ibu, aku sangat mencintainya dan terima kasih atas semuanya. Terima kasih Cody  selama ini kau membuat hidupku lebih indah. Terima kasih semuanya, Je aime Cody.

Love the way it is, your beloved girlfriend,
Sherine Ramona

---
Jasad Sherine sudah di kebumikan dengan tenang. Beberapa pelayat sudah pergi meninggalkan makan Sherine, terkecuali keluarga Sherine dan Cody. Terdengar isakan tangis dari keluarga Sherine, terutama Ibunya. Dan keluarga Cody pun juga terisak.

“ayo pulang Cody”, ajak mamanya.

Cody menatap nisan Sherine “Duluan saja mom”

“Baiklah, hati-hati Cody” ia mengelus rambut anaknya. Setelah itu semua pergi menjauh darinya.

Ia mengelus batu nisan Sherine “Hei Sherine, aku sangat suka hadiah darimu, sebuah liontin kura-kura yang sangat lucu. Terima kasih hunny. Semoga kau tenang ya di sampingNya. Aku akan sangat merindukanmu, Je aime Sherine. Bye” ia mencium sekali batu nisan Sherine sebelum melangkah pergi dari makam Sherine.

The End

Tidak ada komentar:

Posting Komentar