Saat ini
aku tersadar bahwa setiap detik di dunia ini adalah berharga, amatlah berharga.
Aku iri dengan teman-temanku yang bisa menghabiskan waktu sesuka mereka.
Sedangkan aku? Aku hanya bisa menghabiskan uang orangtuaku hanya untuk
pengobatan yang kurasa tidak ada gunanya. Yah, sudahlah. Aku terima takdirku.
Aku
membuka lembaran terakhir di album foto yang sedang ku pangku. Salah satu foto
itu, ada foto kami. Ya, aku, Cody, Sherly dan teman-teman yang lain. Kami
sedang berpesta di rumah Cody. Ngomong-ngomong tentang Cody, ia adalah
kekasihku yang amat kucintai. Meskipun ia bukan yang pertama, tapi aku akan
berusaha menjadikannya sebagai yang terakhir :) . Beralih ke album, oiya album
ini sangat lengkap merekam semua kejadian-kejadian istimewa yang berkaitan
denganku, tak salah jika album ini besar dan berat. Di mulai aku masih kecil,
balita, anak-anak, dan remaja. Aku berharap dapat menambah jumlah foto di album
kesayanganku itu hingga nenek-nenek, tapi em entahlah.
Terlintas
beberapa memori yang keluar dari otakku, dimana saat aku pertama kali bertemu
dan kenal dengan Cody.
-
Flashback On -
Aku
sedang berjalan-jalan sekitar rumahku, sebenarnya tujuanku keluar rumah adalah
aku ingin membeli kopi. Toko kopi itu tak jauh dari rumahku, mungkin hanya
sekitar 40 meter. Sekitar 5 menit berjalan, aku sudah berada di depan toko kopi
yang ku maksud, Starbucks Coffee. Kedai ini sudah lama menjadi langgananku,
hampir setiap hari sabtu aku membeli kopi disini. Saking seringnya, pemilik dan
pelayan di sini, jadi hafal denganku dan pesananku.
"Bonjour
Sherine," sapa Natalie --casier-- yang berdiri di belakang kasir tentu
saja dengan senyuman.
"Bonjour
Natalie. Seperti biasa ya" jawabku dengan ramah dan senyum.
"Here
you are Sherine. Aku sudah menyiapkan pesananmu saat aku lihat kau berjalan
mendekati kedai kami." katanya.
"Wow,
terima kasih Natalie. Kau sangat baik. Ini uangnya. Sampai jumpa" aku
langsung berbalik membelakangi Natalie. Saat berjalan menuju pintu keluar,
seseorang menabrakku dan menumpahkan minumannya di T-Shirtku. Sontak aku
langsung memakinya
"Oh
sh*t! You can't see huh? Hey, open your glasess!" gertakku garang.
Ini benar-benar
menjijikan, entah jenis apa minuman yang ia tumpahkan di T-Shirtku. Seperti
berlendir, berwarna coklat, lengket. Apa sih yang ia minum? Menjijikan!
Ia
membuka kacamatanya "Ups sorry nona" lalu ia pergi begitu saja dan
aw!
"hey
terima kasih atas injakan kakimu!!" aku sempat melihat ia menoleh kepadaku
tapi aku keburu menjauh darinya. Aku risih orang-orang di cafe melihatku dengan
tampang keheranan, aku langsung pergi saja.
*****
Keesokan
harinya, Ibuku menyuruhku pergi ke tempat bibiku. Katanya, aku harus mengambil
pakaian-pakaianku, Ibu dan Ayah yang sudah di loundry. Okey, aku bersedia. Maka
aku langsung berjalan menuju toko bibiku yang tidak terlalu jauh. Sampai
disana, aku di buat syok olehnya. Pakaian-pakaian itu sangatlah banyak. Kalau tau
begini, aku bawa mobil saja ya, kukira hanya beberapa potong baju-_-
"Bibi,
kau yakin aku harus membawa baju-baju ini sendirian dan dengan tangan
kosong?" tanyaku ragu.
Bibi
menghela napas "Ya, bagaimana lagi. Pegawai Bibi sedang cuti semua dan
disini tidak ada mobil. Maafkan aku Sherine, kau harus. Sebentar lagi,
pakaian-pakaian itu akan di gunakan oleh Ayahmu." katanya cukup panjang.
Aku
mendesah pelan, aku tidak yakin. Aku pasti akan dikira sebagai anak pembantu
yang mengambil pakaian-pakaian majikannya. Sudahlah.
"Baik,
aku pulang dulu bi, bye" pamitku melas.
"hati-hati
Sherine!" teriaknya saat aku sudah berada di luar toko.
Oh ya
Tuhan, aku tak bisa melihat apa-apa di depan. Baju-baju ini menghalangi
pandanganku. Mau tak mau, aku harus mengintip dari samping untuk bisa melihat
apa yang terjadi di depanku. Ku intip jalan di depan, kupastikan tidak ada
apa-apa di depan. Aku hanya ingin menegakkan leherku yang sedari tadi melihat
kesamping. Tiba-tiba...
Semua
baju yang kubawa jatuh berserakan. Dan yang lebih parah, orang yang menabrakku
tadi menumpahkan minumannya di beberapa bajuku, Ibu dan Ayah. Aku pun
terjatuh ke belakang, itu memalukan! Aku berdiri dan coba kau tebak siapa yang
menabrakku?
“Kau?!”
pekikku.
“Hey Mrs.
Coffee!” soraknya gembira. Ada apa dengan anak ini? Dasar bodoh!
“Stupid!
Look, kau mengotori beberapa baju milik ibu dan ayahku, hey bajuku juga! Kau
harus mencucinya!”
“Aku tak
bisa mencuci,” katanya santai
“Tapi aku
bisa menggantinya.” Sambungnya.
“Terserah
apa yang akan kau lakukan! Yang penting kau harus bertanggung jawab!!” aku pun
membereskan baju-baju kotor ini dan bergegas pergi tanpa pamit. Entah seberapa
besar aku menahan malu, wajahku memerah seperti kepiting rebus. Orang-orang
melihatku dengan tampang sangat aneh. Aku bisa menebak apa yang ada di pikiran
mereka, pasti hey ada apa dengan anak itu? Apakah dia anak pembantu yang
mencuri baju majikannya? Atau hanya suatu kecelakaan? Hah! Aku tak peduli!
“Hey
siapa namamu?” tanya anak bodoh itu.
Aku tak
menggubris pertanyaannya, aku tetap melangkah menahan malu. Beberapa menit
kemudian, aku melihat ke belakang, anak bodoh itu sedang berbicara pada seorang
laki-laki. Kurasa mereka membicarakanku.
Sampai
dirumah, aku mendapatkan omelan dari Ibu. Aku tau Ibu dan Ayah pasti sangat
marah akibat baju-bajunya kotor. Ini bukan sepenuhnya salah anak bodoh itu,
tapi juga salahku. Aku yang tidak melihat kedepan. Tapi tapi, anak bodoh itu
juga salah, kenapa ia sampai tidak tau ada orang di hadapannya. Setelah meminta
maaf dan menyesali perbuatanku, aku melangkah lesu ke kamarku yang berada di
lantai dua.
Membuka
laptop dan membuka jejaring sosial. Tak perlu memasang modem, rumahku sudah ada
WiFi nya. Tak lama kemudian, ada chat masuk. Itu Sherly, sahabatku. Kurasa
hampir setiap hari ia online.
“Hai Sherine!”
“Hi”
“whats happen?”
“em
someone hit me earlier”
“can you tell me why?”
Saat akan
menceritakan, Ibu memanggilku, katanya ada yang mencariku, entah siapa. Aku
bergegas melangkah ke bawah. Ku buka pintu daaann..
“Ya
Tuhan, kenapa kau disini? Dan beraninya kau muncul di hadapanku setelah
perbuatanmu tadi” kataku geram. Aku langsung menutup pintu, tetapi dengan sigap
ia mencegah. Yap! Orang bodoh itu-_-
“Wait
Sherine, aku hanya ingin memberimu ini” ia tersenyum.
Aku
memutar bola mata “cepat! Aku tak mau lama-lama menatap wajahmu”
Lalu ia
memberikan 3 shopping bag kepadaku “Thanks, and go home. Em wait, what’s your
name?”
Ia
tersenyum “Cody”
Aku hanya
memutar bola mata dan langsung menutup pintu. Kulihat, ia menatap pintu rumahku
sekali sebelum ia pergi, daann wajahnya sangat melas. Kemudian ku beri 2 shopping bag kepada Ibuku.
- Flashback
Off-
Aku
tersenyum dan tertawa kecil saat mengingat kejadian bodoh itu. Ku tutup album
ini, meletakannya di atas meja setelah aku berjalan menjauh dari ayunan yang
kududuki tadi. Ehm by the way, tadi aku sedang bersantai menikmati halaman
belakang rumahku sambil duduk di ayunan yang terletak di pojok halaman. Hanya
sekedar menenangkan pikiran dan yah melupakan sejenak penyakitku.
Aku
berjalan menuju tembok yang membatasi ruang santai dan dapur, di atas tembok
itu ada sebuah aquarium persegi panjang yang di dalamnya ada sepasang
kura-kura. You know? Aku sangat suka kura-kura, begitu pun dengan Cody. Kata
bibiku yang menjadi dokter hewan, kura-kura ini memang sepasang, maksudku, ini
betina dan jantan. Kura-kura punyaku kuberi nama, Rara dan punya Cody diberi
nama Kuku haha. Ada perbedaan diantara mereka. Kalau punyaku, kuberi coretan
cat minyak warna merah pada pinggir cangkangnya, kalau Cody tidak. Ia tak mau
cangkang milik Kuku rusak haha.. kura-kura ini ku temukan em maksudku kami –aku
dan Cody— di pinggir danau saat aku sedang bermain di danau bersamanya. We were
exited while found them! J
Aku menjauh
dari aquarium, berjalan santai menuju sofa di ruang tengah. Aku duduk terdiam
membisu disini, tak terasa air mataku menitik. Entah berapa hari lagi aku akan
bertahan, kata dokter umurku tak akan panjang lagi. Perkiraannya umurku hanya
tinggal 3 bulan, ia bilang begitu sekitar 2 bulan lebih 3 minggu yang lalu.
Haha dan sekarang? Hanya tinggal beberapa hari lagi menuju 3 bulan. Penyakitku
sudah kronis, seperti yang kubilang saat awal, pengobatan seperti apapun tak
akan berguna, dan anehnya orang tuaku memaksaku untuk berobat. Aku bersikeras
tak mau melakukan itu, aku pikir itu hanya untuk membuang semua uang orang
tuaku jika pengobatan itu tidak berhasil menyembuhkanku. Aku tak tau dengan
penyakitku ini, aku tidak di beritahu penyakit ini selama 3 tahun lamanya. Ya,
aku sudah mengidap penyakit ini selama 3 tahun. Aku sempat putus asa, tapi
Tuhan memberikanku kekuatan dengan memberikan orang-orang yang amat sayang
padaku, orang tua, Sherly dan CodyJ .
Aku bosan
disini, di sofa ini. Aku memutuskan untuk ke dapur, mengambil minum.
kerongkonganku sangat kering. Saat berjalan, aku merasa seperti di kapal
terombang ambing di tengah lautan yang sedang terjadi ombak besar. Merasakan
sesuatu keluar dari hidungku, Ya Tuhan.. aku mimisan.
“Sherine?”
terdengar ada suara yang memanggilku, berasal dari ruang tamu.
“Oh
Tuhan! SHERINE!” aku sempat mendengar sorakan seseorang menyebut namaku sebelum
dunia gelap gulita menerkamku.
******
Aku
mengerang kesakitan, kepalaku! Ada apa dengan kepalaku? Amat sakit.
“Ouch!”
pekikku pelan seraya bangun dari tempat tidur. Hey wait, aku di tempat tidur?
Apakah aku pingsan?
“Sherine..
jangan bangun dulu” kata seseorang berada di sampingku dengan lembut, siapa
lagi kalau bukan.. Cody.
Aku
tersenyum dan merasakan kepalaku agak enakan
“aku tak
apa Cody. Don’t worry baby,”
“Oh ya, berapa lama aku pingsan?”
“Oh ya, berapa lama aku pingsan?”
“sekitar
2 jam” katanya lesu sambil menatapku khawatir.
Aku
mengangkat dagunya “hey darl, jangan khawatir, aku tak apa Cody sungguh. Aku
sudah merasa enakan sekarang. Senyum Cody, ayo senyum”
Ia pun
tersenyum
“Ehm,
karna aku udah enakkan, bagaimana kalau kita ke pinggir danau? Sudah lama aku
tak kesana Cody, aku rindu tempat itu. Boleh ya?” ucapku sedikit memohon.
“Boleh,
tapi kamu harus check up dulu ya? Sudah jam 3 nih. Oke?” kata Cody yang juga
sedikit memohon.
Aku
tersenyum “Iya”
Setelah
itu, Cody mengantarku check up. Biasanya, aku pergi dengan Ibu , Cody dan
kadang-kadang Sherly, tapi kali ini hanya dengan Cody saja karna Ibuku sedang
ada pekerjaan yang harus ia selesaikan dulu dan Sherly sedang ada urusan di
luar kota.
@RuangCheckUp
aku
menyuruh Cody tunggu di luar saja, aku sengaja menyuruhnya, karna aku takut
nanti jika Cody mendengar kata dokter tentang perkembangan penyakitku yang
mungkin kian memburuk, ia pasti akan amat sedih.
setelah diperiksa, dokter mempersilahkanku duduk di kursi *yomesti-_-*
setelah diperiksa, dokter mempersilahkanku duduk di kursi *yomesti-_-*
“Bagaimana
dok?” tanyaku dengan suara bergetar.
“Sherine,
apakah kau tidak pernah minum obat?” katanya.
Aku
menggeleng takut
“Kenapa?
Setelah diperiksa tadi, penyakitmu kian parah Sherine. Itu akan mempercepat
kematian”
Aku
menggigit bibir bawahku, setelah itu tersenyum
“aku
sudah siap dok. Buat apa aku minum obat jika nantinya penyakit ini tidak akan mereda.
Dok, jangan bilang ini ke siapa pun termasuk Cody, Ibu dan Sherly. Aku takut
dok” mohonku.
Ia
menghela napas “akan saya usahakan”
“terima
kasih dok” dan aku pun keluar menemui Cody yang sedari tadi menunggu.
“bagaimana?”
tanya Cody.
Aku tersenyum
“everything is okay” dustaku. Ya Tuhan, maafkanlah aku.
Ia
tersenyum lega “and let’s go to the lake!” soraknya sedikit agak lantang. Ia
menggenggam erat tanganku menuju tempat parkir.
@Lake
Aku
tersenyum lebar melihat keindahan danau ini, sungguh aku rindu tempat ini!
Udara sejuk langsung menghampiriku. Aku pun berlari menuju jembatan di pinggir
sungai. Jembatan ini tidak menghubungkan tempat satu dengan yang lain, tapi
entah apa yang dipikirkan oleh pembuatnya, jembatan ini hanya setengah-_- *ah
tau ah apa namanya, bingung gue-_-* aku duduk, dan kakiku menggantung ke bawah
tepat di atas air danau. Dan Cody duduk di sebelahku, hey ia membawa gitar!
“I need
you boo (lirik lagunya With You – Chris Brown)”. Wow, lagu ini di bikin lagu
jazz oleh Cody. Kau bisa membayangkan jika Cody menyanyikan lagu ini dengan
genre jazz lalu kau berada di sampingnya, berdua saja di danau yang sepi dan
sejuk. Auhor kagak bisa bayangin dah ah xP
“Great
Cody!” kuberi sedikit tepuk tangan yang tidak begitu meriah.
Ia
mencium rambutku “I love you Sherine”
“I love
you more Cody,”
“em, Co,
apakah kau tidak bosan denganku? Aku hanya gadis biasa yang penuh dengan
penyakit” kataku.
Ia
menaruh gitarnya di sampingnya lalu memelukku dari samping
“Hey,
kenapa kau berkata seperti itu?”
“Ya, aku
kasihan padamu. Kau harus merelakan setengah jam kuliahmu untuk mengurusku
selagi Ibu bekerja. Aku takut masa depanmu berantakan hanya karna aku Cody.”
“Sherine,
look. Aku ikhlas merelakan setengah jam waktuku untuk kau, dosen-dosen di
kampusku tidak merasa keberatan dengan alasanku ini. Mereka tahu kau memang
butuh perhatian, dan coba lihat Ibumu? Ibumu bekerja, Sherly? Sekarang dia
sibuk, kau sendirian Sherine. Dan aku? Apa gunanya seorang kekasih jika tak
memperhatikan kekasihnya? Aku rela Sherine. Ku mohon jangan berkata seperti
itu.” Jelasnya seraya menatapku lekat.
Aku
menitikan air mata “Aku minta maaf Cody. Dan aku minta maaf karna telah
membohongimu tentang kata dokter tadi,”
“Jadi?”
tanyanya agak tidak percaya.
“Ya,
keadaanku memburuk Cody. Aku tak tau harus berkata apa lagi, aku takut kau
sedih. Please forgive me”
Cody
masih menatapku lekat “Seharusnya kau tidak berbohong Sherine. But okay,”
“Sudah
ya, jangan bersedih lagi. Aku tak mau, aku ingin membuatmu bahagia.” kata Cody.
Aku
tersenyum “Yah”
Cody
terseyum jahil padaku
“What?
Cody? Hey..!” tanyaku.
Cody
langsung menggelitikkiku tepat di perut samping. Oh ya Tuhan, dia jahil sekali!
“Coddyyyy!
Haha stop it. Ampun Coco” tak terasa air mataku menitik, menitik gara-gara
terlalu geli.
“Tidak
akan Sherine haha got you!.” Ia menggelitikku lagi. Aku sampai jatuh akibat
ingin melepaskan dari pelukannya dan tentu saja dari serangan gelitikannya.
“Ampuuunn
Codyy! Sudah cukuupp haha” pekikku.
Ia
melepaskan serangannya “Okay, sudah kah seranganku berhasil membuatmu merasa
baikkan?”
“Tentu
saja” aku menyikut perutnya.
Ia
melepaskan pandangannya dariku, melihat sekeliling. Hanya ada pohon-pohon
rimbun disini.
“Tunggu
ya” kata Cody langsung melangkah masuk ke dalam rimbunan pohon.
“mau
kemana?” pertanyaanku tidak di gubris. Aku duduk seperti pertama kali aku
datang kesini tadi. Menatap dasar danau yang dingin. Angin sejuk membuatku
merinding. Kabut-kabut mulai merendah, hawa dingin menyerangku. Dimana
Cody? Ya Tuhan, kepalaku sakit, melebihi
rasa sakit dari yang sebelum-sebelumnya. Badanku menggigil, tubuhku mulai
melemah, ya ampun ada apa dengan tangan kananku? Tangan kananku tak bisa di
gerakan. Tangan kiriku mengambil sebuah surat beramplop merah dari saku bajuku.
Ini untuk Cody.
“Cody.. I
love you, we are the match couple..” dunia gelap gulita mendatangiku. Tubuhku
tak berdaya disini, badanku memucat, dingin dan tak bernyawa. Surat tadi berada
di telapak tangan kiriku saat ini.
(Author
P.O.V)
Setelah
itu, Cody datang dengan membawa mahkota dari rangkaian tangkai bunga. Dan
serangkaian bunga mawar liar yang ia temukan tadi. Tadi, Cody ingin memberi
kejutan pada Sherine dengan membuatkan mahkota dari tangkai bunga dan disana ia
menemukan mawar liar warna merah, ia teringat bahwa Sherine sangat suka pada
mawar merah. Ia akan memberi kejutan dengan cara menaruh mahkota itu diam-diam
dari belakang Sherine dan memberinya mawar merah tadi. Tapi ternyata...
“Sherine?”
ia terpekik di belakang Sherine. Mahkota dan bunga tadi jatuh dari genggaman
tangan Cody. Cody langsung menghampiri Sherine dan memangku kepalanya.
“Sherine,
kenapa kau dingin sekali? Sherine? SHERINE! Please wake up for me hunny,
please.” kata Cody dengan aliran deras air matanya yang menitik di muka
Sherine. Ia mengangkat kepala Sherine dan memeluknya. Ia melihat ada surat
beramplop merah di telapak tangan Sherine, ia pun meraihnya.
Dear Cody my beloved boyfriend,
Saat
kau membaca surat ini, aku sudah tidak ada di dunia. Aku terlalu lelah
menghadapi semua ini, sebenarnya aku ingin hidup lebih lama lagi bersamamu,
tapi takdir berkata lain. Maaf selama ini aku telah mengecewakanmu dan
membebanimu dan maaf jika aku tidak bisa membahagiakanmu Coco, aku hanya gadis
lemah. Aku hanya bisa memberimu sebuah liontin kura-kura yang dibelakangnya ada
sebuah inisial C ^ R .
sampaikan salamku untuk Sherly, dia sahabat yang sangat baik, aku tak bisa
apa-apa tanpanya, love Sherly. Dan sampaikan juga salamku untuk Ibu, aku sangat
mencintainya dan terima kasih atas semuanya. Terima kasih Cody selama ini kau membuat hidupku lebih indah.
Terima kasih semuanya, Je aime Cody.
Love the
way it is, your beloved girlfriend,
Sherine
Ramona
---
Jasad
Sherine sudah di kebumikan dengan tenang. Beberapa pelayat sudah pergi
meninggalkan makan Sherine, terkecuali keluarga Sherine dan Cody. Terdengar
isakan tangis dari keluarga Sherine, terutama Ibunya. Dan keluarga Cody pun
juga terisak.
“ayo
pulang Cody”, ajak mamanya.
Cody
menatap nisan Sherine “Duluan saja mom”
“Baiklah,
hati-hati Cody” ia mengelus rambut anaknya. Setelah itu semua pergi menjauh
darinya.
Ia
mengelus batu nisan Sherine “Hei Sherine, aku sangat suka hadiah darimu, sebuah
liontin kura-kura yang sangat lucu. Terima kasih hunny. Semoga kau tenang ya di
sampingNya. Aku akan sangat merindukanmu, Je aime Sherine. Bye” ia mencium
sekali batu nisan Sherine sebelum melangkah pergi dari makam Sherine.
The End
Tidak ada komentar:
Posting Komentar