Hari itu pun tiba. Aku sudah siap dengan semua perlengkapan
aneh itu. Mendoakan diri semoga kami bisa melalui itu dengan baik. Kami
berangkat pukul 4 pagi. Aku berangkat dari rumah pukul setengah 4 pagi menaiki
mobil bersama ayah dan ibu. “I hope God bless me. Amen” batinku.
Tak kusangka, banyak murid-murid yang melihat acara ini.
Melihat bagaimana kelima anak ini bisa berhasil atau terjebak di sana
selamanya. Teman-temanku berdatangan, dan kami pun melangkah menuju depan
kantor kepala sekolah. Tuan Rover hanya berbicara, semoga kelima anak ini
selamat dengan utuh dan bisa menemukan seseorang itu. Mohon doanya. Setelah
itu, kami masuk ke dalam mobil yang lumayan besar dan tampak gagah, kami pun
melaju setelah kami berpamitan dari kaca pada orang tua kami masing-masing.
Perjalanan ini lumayan jauh, soalnya pas kami bangun, matahari sudah bersinar
dengan terang. Tadi, kami masih mengantuk, jadi Tuan Rover mengijinkan kami
untuk tidur sejenak selama perjalanan. Saat pertama bangun, mobil masih melaju
melintasi jalan yang sekelilingnya pepohonan besar, nyaris tidak ada
tanda-tanda kehidupan. Aku belum pernah melihat ini sebelumnya, sama sekali
belum pernah. Apakah aku sudah berada di dimensi tersebut? Mungkin iya, kami
melintasi perbatasan dimensi saat kami tidur. Beberapa jam kemudian, mobil
berhenti di sebuah pos. Mungkin pos inilah yang menandakan ada sedikit kehidupan
di tengah-tengah keramaian pepohonan.
“Baiklah, kita percepat saja. Kalian sudah membawa semua
perlengkapan? Tenda?” kata Tuan Rover.
“Sudah, Tuan.” jawab kami serempak.
“Tapi, kami tidak memiliki Penyimpan sinar matahari. Kami
tidak tau apa itu.” Kata Peter.
Tuan Rover lalu memberikan sebuah benda berwarna kuning
dengan sedikit warna merah, ya semacam senter tapi ini panjangnya mungkin
sekitar 25-30 cm. Dengan ukiran-ukiran abad ke-8 mungkin. Aku tak tau pastinya.
Peter pun memerima benda itu.
“Ini Penyimpan sinar matahari. Saya sudah mengisi ini dengan
sinar matahari. Jika kalian ingin menggunakannya, buka tutupnya dan pikirkan
sinar matahari pagi yang hangat dan nyaman. Ini akan sangat membantu kalian.
Jaga baik-baik. Ayo masuk.” Jelas Tuan Rover.
Akhirnya, kami masuk ke dalam hutan melalui jalan yang
berada di belakang pos itu. Semakin kita melangkah ke dalam, semakin sedikit
sinar matahari yang masuk. Inilah hutan yang seperti aku bilang pada waktu
opening itu.
“Disini, kalian akan di temani oleh dua orang pemandu, satu
laki-laki dan satu lagi perempuan. Kenalkan nama mereka, Cindy dan Steve.” Kata
Tuan Rover memperkenalkan dua orang dewasa yang berada di sampingnya saat ini. Mereka
semua tersenyum.
“Baik, selamat berpetualang. God bless you, nak! Semoga
berhasil”. Kemudian Tuan Rover melangkah pergi kembali ke pos saat kami pertama
masuk.
“Baik, kita akan berjalan beberapa meter untuk menemukan
lahan datar yang bisa di gunakan untuk membangun tenda. Setiap anak, akan
diberi satu peta. Mengerti?” jelas Cindy.
“Yeah.” Jawab Jake.
Kami pun mulai melangkah lurus menuju lahan datar yang entah
berada dimana. Sebenarnya aku tak tau kita berjalan lurus atau serong, disini
tidak ada jalan setapak, yang ada hanya tanah-tanah sehabis hujan yang di
penuhi lumut, jadi agak sedikit licin.
Ku lihat jam yang menempel di tangan kiriku, waktu menunjukan pukul 1 siang. Wow waktu cepat sekali berlalu. Tapi, disini tidak seperti pukul 1 siang, melainkan seperti pukul 3 sore. Pada akhirnya, kita semua sampai di lahan datar itu. Dan bergegas untuk mendirikan tenda, kami hanya membawa 2 tenda. Satu tenda untuk anak perempuan dan satu tenda untuk anak laki-laki. Begitu perintahnya yang tertulis di surat persetujuan. Sekitar jam setengah 3 kami selesai mendirikan tenda dan menata semua barang bawaan.
Ku lihat jam yang menempel di tangan kiriku, waktu menunjukan pukul 1 siang. Wow waktu cepat sekali berlalu. Tapi, disini tidak seperti pukul 1 siang, melainkan seperti pukul 3 sore. Pada akhirnya, kita semua sampai di lahan datar itu. Dan bergegas untuk mendirikan tenda, kami hanya membawa 2 tenda. Satu tenda untuk anak perempuan dan satu tenda untuk anak laki-laki. Begitu perintahnya yang tertulis di surat persetujuan. Sekitar jam setengah 3 kami selesai mendirikan tenda dan menata semua barang bawaan.
“Kalau mau mandi, ada sebuah air terjun di sana, dekat
Biology National Park, namanya National Waterfall. Kalian akan senang jika
mandi disana.” Kata Cindy. Hmm.. Kemana Steve? Dari tadi aku tidak melihatnya.
Aneh. Lalu ia meninggalkan kami.
“Bagaimana? Mau mandi sekarang?” tanyaku.
“Ahh.. nanti saja. Aku ingin beristirahat dulu, lelah aku
berjalan.” Keluh Jake.
Kami pun berleha-leha sejenak, sekedar melepas kepenatan
yang dari tadi mengerubungi kami.
“Aku kebelet pipis, Rin.” Kata Alexa.
“Baiklah, ambil sentermu. Kenapa hampir gelap sih? Padahal
ini baru pukul 3 sore. Harusnya matahari masih bersinar terang. Kau tak ikut,
Vi?” Kataku seraya mengambil senter di dalam tasku.
Viona menggeleng “Tidak, aku disini saja menjaga barang-barang.
Hati-hati!”
Kemudian aku bicara pada teman-teman yang lain, kalau aku
dan Alexa akan pipis sebentar. Sebenarnya aku tak tau arah mana yang akan aku
lalui, ke arah utara atau ke arah selatan? Atau ke arah barat? Timur? Tenggara?
Ughhh! Aku belum pernah camping sebelumnya, belum pernah camping di hutan
sungguhan. Baiklah, kami memutuskan untuk pergi ke arah utara. Aku selalu
membawa kompas yang kuberi tali agar bisa ku gandulkan di leher, supaya tidak
hilang. Sebaiknya, aku tidak terlalu jauh dari perkemahan. Setelah selesai, aku
dan Alexa kembali ke perkemahan. Hatiku langsung berdetak kencang, saat melihat
perkemahan sepi sekali, tadi terakhir kulihat Peter sedang bermain gitar, dan
biasanya jika ia bermain gitar bisa berjam-jam. Apakah mereka semua mandi? Tapi
kenapa mereka tidak menuggu kami semua? Aku langsung menuju tendaku. Fyuuhh,
Viona masih di dalam sedang bermain iPhonenya.
“Kenapa, Rin, Le?” tanya Viona.
“Uhm.. ini benar kau kan, Vi?” tanyaku ragu.
Viona terkekeh “Of course, I am! Why?”
“Uhmm tidak papa.” Aku dan Alexa saling berpandangan. Kami pun
tidur-tiduran, aku yang berada di dekat pintu tenda. Melihat keluar melalui
celah resleting, Peter sedang memainkan gitarnya, dan Louis sedang melihat peta
yang di terangi oleh sebuah lampu senter. Dan aku membelakangi Alexa dan Viona.
Kenapa Peter sudah berada di depan tendanya? Memainkan gitar? Tadi tidak ada
ketika aku dan Alexa selesai buang air kecil. Kulihat Peter menaruh gitarnya di
dalam tenda dan mengajak Louis menghampiri tendaku.
“Heeyy ladies!” sorak Louis.
Kami semua bangun dan membuka resleting tenda.
“What?” tanya Viona, ketus.
“Bagaimana kita mencari kayu bakar dulu, setelah itu kita
mandi. Hari sudah semakin gelap.” Ajak Peter.
“Baiklah. Siapa yang ikut?” tanyaku.
“Akuuu!” seperti biasa, Alexa menemaniku.
“Tidak, aku disini saja. Seperti biasa menjaga
barang-barang.” Kata Viona yang terus asik dengan iPhonenya.
“Okay, Jake juga tidak ikut. Dia juga akan menjaga tenda.
Come on!” kata Peter.
To be continueeeee
Tidak ada komentar:
Posting Komentar